Duh kader-kader manja, maunya selalu
mendapat, tapi enggan memberi. Maunya diperhatikan, tapi tak mau
memperhatikan. Maunya dihargai, tapi tak mau menghargai.
Duh kader-kader manja,
merasa paling dibutuhkan dalam dakwah hingga tinggi hati menyerang niat
nan suci. Merasa paling berkontribusi tapi lupa diri, bahwa yang
diperbuatnya tak begitu berarti.
Duh kader-kader manja,
masalah pribadi jadi masalah lembaga. Harusnya fokus memikirkan umat,
tapi sibuk mengungkit masalah internal yang dibuat buat. Kapan kita
geraknya sobat?
Duh Kader-kader manja, selalu enggan datang rapat, kalaupun datang pasti bilangnya “afwan telat”
Duh kader-kader manja, inginnya selalu instan. Ingin dapet jabatan. Ingin terlihat mapan. Kalau tidak berhasil jadinya menjauh dari perkumpulan. Barisan patah hati pun jadi bermunculan.
Duh kader-kader manja, ingin ini ingin itu tapi tak mau bergerak. Hanya bisa berteriak-teriak, duh sampe suaranya serak, tak banyak manfaat.
Duh kader-kader manja, senangnya mengkritisi tapi tak memberi solusi, panjang lebar berdiskusi tapi tak ada aksi.
Duh kader-kader manja,
ternyata
usia tak selalu berbanding lurus dengan kedewasaan. Bersikap seperti
anak-anak padahal beban dakwah semakin banyak. Umat ini sedang butuh
kontribusimu, jangan kau tambah lagi masalah umat dengan kemanjaanmu.
Ingat, Komitmen kita di jalan dakwah ini akan Allah bayar,
jauh lebih mahal dari materi yang selama ini kita kejar. Jadi jangan
beralasan meninggalkannya hanya karena disibukkan dengan
permasalahan-permasalahan pribadi. Syurga itu amat mahal takkan dapat
dicapai dengan upaya seadanya saja. Buanglah sifat manja, buktikan bahwa kita kader-kader dakwah yang siap bekerja untuk umat dan bangsa.