22 Desember 2016

Tiga Refleksi di Hari Ibu


Tanggal 22 Desember telah dinobatkan sebagai Hari Ibu Nasional. Hari tersebut begitu bersejarah bagi kaum perempuan di Indonesia. Sejak disahkannya Hari Ibu oleh Presiden Soekarno pada tahun 1953, sebagian besar masyarakat Indonesia ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS Wirianingsih berharap masyarakat dapat menjadikan momentum Hari Ibu sebagai momen refleksi diri bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sejarah Hari Ibu
Sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai Hari Ibu, alangkah baiknya jika kita mengenali sejarah hari Ibu terlebih dahulu. Hari Ibu pertama kali dirayakan pada tanggal 22 Desember 1953 melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1953. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia pada saat itu merupakan salah satu perkumpulan yang sangat aktif berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Selain itu, kongres yang diikuti oleh organisasi wanita Aisyiah ini berhasil menempatkan peran perempuan tidak saja di dalam keluarga, tapi juga masyarakat dan negara.

Berangkat dari latar belakang sejarah tersebut, maka Hari Ibu tidak saja diperingati sebagai penghormatan kepada perempuan yang berperan sebagai Ibu. Namun, merupakan sebuah penghormatan kepada perempuan Indonesia, atas semua perjuangannya dalam membangun bangsa dan negara.
Refleksi Sebagai Seorang Anak
Pada beberapa masyarakat, Hari Ibu biasanya dimeriahkan dengan membebastugaskan seorang Ibu dari pekerjaan domestiknya. Adapula yang memberikan ucapan terima kasih dengan memberikan para Ibu hadiah, dan lain sebagainya. Namun, lebih dalam dari itu, Hari Ibu dapat menjadi sebuah perenungan kita sebagai seorang anak kepada Ibu atas semua bakti yang sudah kita berikan kepada mereka sebagai orang tua kita. Karena, agama mewajibkan kita untuk senantiasa ber-birull walidain kepada kedua orang tua kita. Bahkan, dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad sangat menekankan untuk menghormati Ibu.

Pada Hari Ibu ini, kita juga kembali diingatkan dengan semua perjuangan Ibu. Apapun kondisinya, kita harus senantiasa memberikan penghormatan kepada seorang Ibu. Mereka, rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk melahirkan kita ke dunia. Maka, coba kita kembali menakar apakah yang kita lakukan kepada Ibu kita selama ini sudah mampu mendatangkan ridha-Nya atau tidak. Karena, ridha Allah itu bertumpu pada ridha seorang Ibu.
Refleksi sebagai Seorang Ibu
Ibu merupakan sebuah peran yang sangat penting dan strategis untuk membangun sebuah peradaban. Karena, melalui tangannya lah akan terlahir anak-anak yang kuat dan siap untuk berjuang. Seorang Ibu juga akan menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam memaknai kehidupan. Itulah mengapa dalam agama disebutkan bahwa Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Peran seorang Ibu juga sangat diperlukan dalam mengendalikan sebuah tatanan sosial dalam masyarakat. Dalam sejarah Kongres Perempuan Indonesia, para Ibu kita di Aisyiahtelah memberikan teladan bahwa kekuatan seorang Ibu dapat memberikan dampak yang besar terhadap perbaikan sebuah bangsa dan negara. Mereka aktif bergerak dalam masyarakat dan politik, untuk memberikan kontribusi terbaiknya.

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bagi para kaum Ibu untuk senantiasa menambah pengetahuan dan kemampuannya dalam mendidik anak, mengelola keluarga, dan berkontribusi aktif di dalam masyarakat. Tidak bisa seorang Ibu hanya mengurung diri dalam rumah, tanpa terlibat di dalam masyarakat. Tidak bisa juga seorang Ibu aktif di luar rumah namun mengabaikan perannya di dalam rumah. Agar kedua peran tersebut berjalan seimbang, maka diperlukan pemahaman dan kemampuan yang baik dalam membagi perannya tersebut.
Refleksi sebagai Warga Negara
Peran seorang Ibu dapat dilihat melalui dua hal, pertama Ibu sebagai Objek dan Ibu sebagai Subjek. Jika berbicara kita sebagai warga negara dan pemerintah sebagai pemangku kebijakan, maka kita akan berbicara mengenai peran seorang Ibu sebagai Subjek. Bagaimana, seorang Ibu diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya, mengakselerasi kualitas dirinya, dipenuhi hak kesehatannya, diberikan hak politiknya. Melalui pembekalan-pembakalan tersebut, maka seorang Ibu dapat menjadi salah satu harapan kita untuk membangun bangsa yang semakin maju kedepan.

Jika, seorang Ibu memiliki pemahaman politik yang baik serta rasa memiliki NKRI yang tinggi. Maka, anak-anak yang akan terlahir kelak adalah anak-anak yang memiliki pemahaman demokrasi yang baik, serta issue makar dan perpecahan NKRI yang beberapa bulan ini hangat diperbincangkan akan mampu ditangkis dengan anak-anak yang lahir dari para ibu yang memiliki pemahaman yang baik.
Peran PKS
Pengembangan kualitas diri seorang Ibu, akan mempengaruhi pengembangan kualitas sebuah bangsa. Oleh karena itu, Bidang Perempuan dan Ketahan Keluarga (BPKK) DPP PKS telah melakukan beberapa pembekalan melalui training, seminar dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman seorang perempuan tentang peran penting seorang Ibu. Semua pembelakan tersebut terhimpun dalam Rumah Keluarga Indonesia (RKI).
Maka, berbicara mengenai Hari Ibu tidak saja berbicara mengenai perayaan Hari Ibu saja. Namun, bagaiman pada akhirnya kita dapat merefleksikan hari tersebut dalam diri kita. Sehingga memunculkan pemaknaan dan penghormatan akan peran penting seorang Ibu.

Sumber: pks.id

Engkaukah Ibu Terbaik Itu?


Oleh: Istrini Dwi Hastuti
         Staff BPKK DPD PKS Boyolali

Sebelumnya mari kita tengok sejenak arti kata Ibu dalam berbagai referensi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi, Ibu adalah seseorang yang telah melahirkan seseorang atau sebutan untuk seorang wanita yang telah memiliki suami atau panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami ataupun belum.
Sedangkan secara terminologi ada beberapa arti kata ibu. Pertama, menurut Alex Sobur dalam bukunya “Anak Masa Depan” , ibu adalah orang pertama yang dikejar oleh anak; perhatian, pengharapan dan kasih sayangnya, sebab ia merupakan orang pertama yang dikenal oleh anak, ia menyusukannya dan ia mengganti pakaiannya. Kedua, Abu Al’aina Al Mardhiyah dalam bukunya “Apakah Anda Umi Shalihah?” bahwa ibu adalah status mulia yang pasti akan disandang oleh setiap wanita normal. Ibu merupakan tumpuan harapan penerus generasi, di atas pundaknya terletak suram dan cemerlangnya generasi yang akan lahir.

Kata ibu memiliki arti yang syarat dengan peran mulia yang harus di-ejawantahkan oleh setiap orang yang telah menyandangnya. Sehingga menjadi seorang ibu memang perlu belajar, bukan hanya seperti air yang mengalir atau ya sudah sesuai waktu saja jika datang masanya maka lakukan saja. Seperti ibu yang diartikan sebagai tumpuan harapan generasi penerusnya dan ikut menentukan suram dan cemerlangnya sebuah generasi. Dengan dua kalimat ini saja akan banyak kita urai apa sebenarnya yang harus dilakukan seorang ibu dalam menyiapkan masa depan Islam pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya.

Penyiapan itu tentunya berawal sejak anak itu ada dalam diri sang ibu, -bahkan penyiapan generasi terbaik dimulai dari pemilihan pasangan hidup-. Setelah dilahirkan dan menjadi anak, maka seorang anak belajar dari modelling apa yang dilihatnya, dan orang tua (ayah dan ibu) memikili peran sebagai model yang akan ditiru anak-anaknya. Namun jika memang orang tua mempercayakan pengasuhan anaknya kepada orang lain maka hendaknya diberikan kepada orang yang mampu menjadi model kebaikan dan tentunya orang tua tidak boleh kehilangan sosok model itu sendiri bagi anak. Perang modelling ini berlanjut sampai anak menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab.

Ibu adalah pentransfer kebaikan budi pekerti, pemikiran dan keagamaan yang terbukti handal. Menyebutkan peran ibu seolah menyadarkan diri sendiri, antara lain memberikan kasih sayang dan perhatian tidak hanya sebatas kepada anak namun kepada keluarga sehingga keluarga menjadi tempat paling nyaman untuk setiap anggotanya. Memiliki wawasan luas sehingga mampu memberikan benteng keilmuan bagi anak-anaknya dalam menghadapi kehidupannya kelak. Memberikan kesempatan bermain dengan permainan yang memuat unsur pendidikan moral dan spiritual. Memberikan bekal kepada anak untuk memiliki jiwa sosialisasi masyarakat yang baik. Menanamkan ghirah (semangat) dalam mendalami agama dan menjadikannya sebagai tolok ukur kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat kelak.

Peran-peran itu tidak akan mungkin didapat secara simsalabim dalam diri seorang ibu, maka ibu perlu menimbang kelebihan dan kekurangannya kemudian menjadikan apa yang ada dalam dirinya menjadi senjata untuk melakukan peran-perannya tersebut. Pantang menutup mata dengan keadaan generasi penerusnya kelak sehingga seorang ibu akan selalu mengasah kemampuan diri.

Lalu Sudah Baikkah Aku Untukmu, Ibu?

Tak terelakkan sudah kebaikanmu ibu
Setiap jerih dan payahmu membersamaiku
Ibu.. darah dan peluh keringatmu adalah saksi kesungguhanmu
Dalam melaksanakan amanah dari penciptaMu
Menjagaku dalam kebaikanmu sebagai jalan kebaikanNya
Untukku..

Begitulah mungkin yang bisa terungkap dari setiap anak atas karunia ibu yang telah menjaganya dengan kasih sayang tertinggi, pengorbanan terbesar dan penjagaan yang kuat. Belum hal lain yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata atau tak terbalas dengan tindakan. Kata pepatah “kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”.
Cinta tanpa syarat seorang ibu yang dengan dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, memiliki pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan kerisauan. Air matanya adalah salah satu caranya menunjukkan kegembiraan, kerisauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan. Bahunya cukup kuat untuk menopang dunia namun cukup lembut untuk memberikan kenyamanan dan dia memiliki kekuatan untuk menyokong suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya. 

Kemudian meletakkan bakti kepada ibu setelah berbakti kepada Allah dan RasulNya, dan disebutkan dalam banyak ayat al-Quran bahwa jangan menyekutukan Allah lalu berbuat baiklah kepada Ayah dan Ibu. Begitu mulianya kasih sayang orang tua sehingga berbakti kepadanya akan membawa kebaikan untuk kita diantaranya merupakan amal yang paling utama setelah shalat 5 waktu dan jihad di jalan Allah, mendapatkan ridhoNya, menghilangkan kesulitan yang dialami, dan mendapat balasan jannahNya.

Jangan lupa bertanya kepada ibu dan sampaikan rasa terima kasih dengan kata-kata dan perilaku berbakti. Karena berbaktinya kita adalah bahagianya mereka, menghapus peluh pengorbanannya dan lelah keras usahanya untuk kita. Walaupun hanya sepanjang galah kata pepatah namun sepanjang hayat kita dedikasikan untuk ibu kita.

17 Desember 2016

PKS Desak Pemerintah Ambil Peran Diplomasi dan Solidaritas Kemanusiaan Konflik Suriah


Jakarta (14/12) – Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini, mendesak Pemerintah Indonesia untuk ambil peran strategis diplomasi dan solidaritas kemanusiaan atas persoalan konflik bersenjata di Aleppo, Suriah.
Hal itu ditegaskan Jazuli sebab persoalan ini telah menjadi sorotan dunia dan telah banyak menelan korban jiwa bagi rakyat sipil. Terlebih, Sekjen PBB Ban Ki Moon telah menyampaikan bahwa apa yang terjadi di Suriah lebih buruk daripada rumah penjagalan hewan. Komisi HAM PBB bahkan menyebutkan setidaknya terdapat 82 warga sipil, termasuk 11 perempuan, dan 13 anak-anak wafat dalam beberapa hari terakhir.
“Langkah diplomasi Indonesia sangat strategis sebagai negara mayoritas muslim, dimana rakyatnya memiliki rasa solidaritas kemanusiaan yang luar biasa. Indonesia bisa menjadi yang terdepan dalam menggalang solidaritas negara-negara dunia untuk bantuan kemanusiaan Aleppo,” papar Jazuli di Jakarta, Jumat (16/12).
Penggalangan solidaritas kemanusiaan, dana, bahkan ucapan bela sungkawa dari rakyat Indonesia, tambah Jazuli, adalah bentuk solidaritas yang biasa dan dapat menjadi modal besar bagi diplomasi Indonesia untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Aleppo.
“Selain tentu saja karena amanat dan perintah konstitusi kita,” pungkas Anggota Komisi I DPR RI ini.
Secara bilateral, lanjut Jazuli, Fraksi PKS meminta Pemerintah menekan Suriah dan negara-negara terkait seperti Rusia melalui Duta Besarnya di Jakarta, agar menghentikan tragedi kemanusiaan di Aleppo, melakukan genjatan senjata, dan membuka pintu untuk bantuan kemanusiaan. Apalagi hal ini telah menjadi keprihatinan masyarakat dunia dan rakyat Indonesia khususnya.
Oleh karena itu, atas nama Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli menyampaikan duka cita mendalam atas tragedi kemanusiaan dalam bentuk penghancuran dan pembunuhan warga sipil di kota Aleppo. Duka ini sejalan dengan apa yang dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia yang mengikuti kabar seputar tragedi tersebut melalui media.
“Apa yang terjadi di Aleppo sangat menyedihkan. Kotanya hancur, rakyat sipil yang sebagian besar terdiri dari perempuan, orang tua, dan anak-anak tak berdosa menjadi korban. Sementara ribuan lainnya dalam kondisi memprihatinkan, minim makanan, air, dan kebutuhan medis untuk bertahan hidup. Aleppo darurat intervensi kemanusiaan,” kata Jazuli.
Rakyat Indonesia, lanjut Jazuli Juwaini, sebagian besar mengikuti pemberitaan yang berisi kekejian dan kehancuran Aleppo, juga testimoni dan harapan bantuan dunia dari warga Aleppo yang seolah menjadi pesan terakhir dari mereka.
“Mewakili perasaan sebagian besar rakyat Indonesia, Fraksi PKS mengetuk dan mendorong Pemerintah RI untuk aktif melakukan diplomasi internasional agar PBB dan badan dunia lainnya segera melakukan intervensi kemanusiaan di Aleppo sesegera mungkin,” ungkap Jazuli.

Pernyataan Sikap DPP PKS terhadap Krisis Aleppo


PERNYATAAN SIKAP
DEWAN PENGURUS PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
No.02/K/PYT/DPP-PKS/1438
TENTANG
TINDAKAN KEKERASAN, PENGUSIRAN, DAN PEMBUNUHAN MASSAL YANG
MENGARAH PADA GENOSIDA DAN KEJAHATAN PERANG TERHADAP WARGA
SIPIL DI ALEPPO, SURIAH.
“..Barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. “ (QS. Al-Maidah: 32)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Dalam sebulan terakhir, pemerintah dan militer Suriah rezim Bashar al-Assad telah melakukan kekerasan, pengusiran dan pembunuhan massal yang mengarah pada genosida dan kejahatan perang terhadap warga sipil di Aleppo yang telah menelan korban lebih dari 1.070 rakyat sipil tewas, 130.000 warga mengungsi, dan kerusakan di banyak rumah sakit dan tempat ibadah.
Laporan-laporan yang kredibel menyatakan bahwa selama konflik Suriah berlangsung telah menewaskan lebih dari 450.000 rakyat sipil, lebih dari satu juta jiwa mengalami luka-luka dan lebih dari 12 juta rakyat sipil Suriah telah pergi mengungsi. Pada 15 Desember 2016 disepakati gencatan senjata selama tiga hari untuk memberikan kesempatan semua pihak melakukan evakuasi rakyat sipil. Beberapa aksi demonstrasi mengutuk tindak kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat sipil Aleppo terjadi di Turki, Bosnia, Palestina, Maroko, Kuwait, dan Perancis.
Kita menyadari bahwa upaya menjunjung prinsip “non-intervention” yang dipegang oleh masyarakat internasional yang beradab tidak boleh mengabaikan tanggungjawab para pihak untuk melindungi warga sipil dalam konflik bersenjata (Responsibility to Protect) dan kewajiban para pihak untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya genosida (Prevention of Genocide)sehingga “humanitarian intervention” untuk menjamin hak-hak warga sipil dalam konflik bersenjata di Aleppo Suriah tidak boleh ditunda.
Dengan demikian, menghormati prinsip “non-intervention” tidak perlu diartikan sebagai mengesampingkan “humanitarian intervention” agar keselamatan dan hak-hak warga sipil dalam konflik bersenjata di Aleppo Suriah dapat terjamin dan terpelihara.
Atas nama kemanusiaan dan upaya membangun dunia yang lebih adil dan beradab, Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) menyatakan sikap:
1. Mengecam tindakan kekerasan, pengusiran, dan pembunuhan massal yang mengarah pada genosida dan kejahatan perang terhadap warga sipil Aleppo di Suriah yang dilakukan oleh pihak Pemerintah Bashar al-Assad dan Militer Suriah serta kelompok etnis Suriah lainnya. Tindakan tersebut mengarah pada kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia dan komunitas Internasional.
2. Mendesak pemerintah Indonesia agar berperan aktif mendorong negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (Organization of Islamic Cooperation) dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Security Council) untuk segera menghentikan tindakan kekerasan, pengusiran dan pembunuhan massal yang mengarah pada genosida dan kejahatan perang terhadap warga sipil Aleppo di Suriah.
3. Meminta agar pemerintah Indonesia dapat menjamin keselamatan dan keamanan setiap Warga Negara Indonesia (WNI) dan bekerjasama dengan masyarakat internasional untuk menjamin keselamatan warga sipil yang sedang berada di Suriah. Perlindungan terhadap keselamatan dan keamanan warga sipil itu harus menjadi prioritas semua pihak yang bekerja di daerah konflik bersenjata.
4. Mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia, khususnya keluarga besar Partai Keadilan Sejahtera, untuk berperan aktif memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Aleppo di Suriah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 16 Desember 2016
DEWAN PENGURUS PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
                           PRESIDEN,                                                                           SEKRETARIS JENDERAL,

            H. Mohamad Sohibul Iman, Ph.D.                                                               H. Mustafa Kamal, S.S.