Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di peringati setiap tanggal 2 Mei sesuai dengan Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Kebetulan peringatan Hardiknas tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. Bulan yang istimewa karena dibulan inilah wahyu pertama diturunkan.
Konsep Pendidikan dari Q.S. Al-'Alaq
Pada bulan Ramadhan wahyu pertama yang di jadikan pertanda pengangkatan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul di turunkan, yaitu dengan turunnya surat Al-Alaq ayat 1-5. Dalam surat Al-Alaq ini dapat kita temukan beberapa konsep pendidikan dalam Islam.
Bedasarkan surat Al-'Alaq, konten pendidikan yang baik dan memiliki pengaruh kuat terhadap hati manusia haruslah mencakup materi pembelajaran yang bisa menumbuhkan, membina, mengarahkan, mendidik, dan mampu mengembangkan potensi dasar manusia.
Salah satu konsep pendidikan dalam Islam adalah dengan pengulangan. Sebagaimana kita temukan pengulangan perintah Iqra' pada ayat 1 dan 3 surat Al-'Alaq. Al-Maraghi dalam tafsirnya menyampaikan bahwa pengulangan perintah membaca dalam ayat ketiga ini menunjukkan salah satu cara bagi orang tersebut menguasai apa yang ia pelajari karena dengan pembiasaan seperti ini dapat membekas di jiwa.
Mengulangi dalam membaca memiliki makna juga mengulangi objek bacaannya. Dengan mengulangi bacaan tersebut, maka apa yang telah ia baca akan menjadi miliknya (menguasainya). Melihat makna Iqra’ yang luas mencakup seluruh aktifitas yang berhubungan dengan segala kegiatan untuk membaca (menganalisis, mengklasifikasikan, membandingkan, menyimpulkan, dan membuktikan), merupakan proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau menguasai objek yang dipelajarinya.
Kata iqro’ juga disandingkan dengan sifat Allah yang Maha Mulia. Hal ini dapat bermakna bahwa Allah akan memuliakan orang yang menutut ilmu dengan mengangkat derajatnya, karena seorang yang memiliki ilmu tidaklah sama dengan orang yang tidak berilmu. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah pada surat Az-Zumar ayat 9,
“Katakanlah, ‘Apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat memerima pelajaran.”
Ramadhan adalah Syahrut Tarbiyah
At-tarbiyah merupakan mashdar dari robba yurobbi asal kata robaa yarbuu yang artinya tumbuh dan berkembang, robiya yarbaa: menjadi besar, serta robba yarubbu: menuntun, memelihara atau menjaga. Oleh karena itu manusia bisa berkembang dalam hidupnya dengan proses pembelajaran serta menjadikannya bertanggung jawab dengan urusannya.
Puasa di bulan Ramadhan merupakan puasa wajib yang harus di lakukan oleh seluruh umat islam yang telah baligh dan berakal sehat, seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah Ayat 183,
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Sehingga, untuk mencapai atau menyelesaiakan puasa Ramadhan, setiap muslim harus memperhatikan hal-hal yang mengurangi pahala puasa dan bahkan membatalkan puasanya. Rasulullah SAW telah memperingatkan hal tersebut dalam sebuah hadist,
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR An-Nasa’i)
Beberapa hal yang mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala orang yang berpuasa menurut Habib Zain bin Smith dalam kitab al-Fawaidul Mukhtarah li Saliki Tariqil Akhirah adalah,
Orang berpuasa tapi tidak meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang bisa menghilangkan pahala puasa, seperti, menggunjing orang lain, mengadu domba, dan berbohong. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah,
“Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu”. (HR Ad-Dailami)
Di dalam hati orang yang berpuasa ada sifat riya’ (ingin dipuji oleh orang lain) atau merasa bahwa dirinya lebih baik dari yang lain
Berbuka puasa dengan sesuatu yang haram.
Selain bisa menghilangkan pahala puasa, lebih dari itu berbuka dengan sesuatu yang haram juga bisa membuat seseorang merasa berat untuk melakukan suatu ibadah, sehingga akan sangat mudah meninggalkannya. Dengan kata lain, berbuka puasa dengan makanan haram bisa membuat diri seseorang yang puasa malas beribadah (Habib Zain bin Smith, al-Fawaidul Mukhtarah li Saliki Tariqil Akhirah, h. 587).
Ketentuan-ketentuan Allah SWT mengenai puasa Ramadhan yang demikian sempurna mengisyaratkan kemuliaan dan pentingnya puasa bagi orang yang beriman, sehingga ini seharusnya menjadi momen bagi setiap orang beriman untuk senantiasa menarbiyah/mendidik diri utamanya hati mereka agar tujuan utama dari diberikannya syariat puasa yaitu menjadi orang yang bertaqwa sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam firmannya,
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”. (QS Al- Baqarah 2:183)
Semoga kita semua senantiasa di beri kekuatan oleh Allah untuk menjalani puasa ramadhan tahun ini dengan baik, sehingga kita akan mencapai hari kemenangan dan keluar sebagai orang yang bertaqwa. Aamiin. (ES)
Referensi
Humaedi, I. (2020). Konsep Pesan Pra-Nubuwwah yang Terkandung dalam Wahyu Pertama Kali Turun Surah AL 'Alaq 1-5. Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam, 110-121.
Sunnatullah. (2021, April 15). NU Online. Retrieved Mei 2, 2021, from NU Online: https://islam.nu.or.id/post/read/128060/tiga-sebab-yang-membatalkan-pahala-puasa