10 November 2017

Proses Seleksi Perangkat Desa Boyolali Amburadul, Fraksi PKS Pertanyakan Kinerja Penyelenggara

Foto: Ilustrasi

BOYOLALI (10/11) - Proses seleksi Perangkat Desa di Kabupaten Boyolali ditanggapi dengan ketidakpuasan oleh peserta seleksi. Ada beberapa hal janggal yang menyisakan pertanyaan atas kinerja panitia penyelenggara seleksi.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Kamis (9/11/2017), pengumuman hasil seleksi di hampir semua wilayah Boyolali tidak sesuai jadwal, yaitu Rabu (8/11/2017). Tak sedikit peserta yang menanti di balai desa sejak Rabu siang, sore, hingga malam hari. Bahkan, di antara mereka ada yang menanti hingga Kamis (9/11/2017) dini hari.

Selain pengumuman hasil ujian yang molor, ditemukan juga kejanggalan lain seperti munculnya nilai kosong, adanya peserta yang tidak mengikuti ujian tapi nilainya tetap keluar, guru agama yang memperoleh nilai rendah untuk ujian agama, dan sarjana cumlaude yang tidak lolos ujian.

Ketua Fraksi PKS DPRD Boyolali Ali Hufroni menyampaikan bahwa proses seleksi ini adalah untuk mencari SDM Perdes yang berkualitas, “Seleksi Perdes ini adalah kesempatan bagi putra-putri terbaik daerah untuk mengabdi kepada Negara dan rakyat. Ini juga sesuai dengan tujuan diadakannya seleksi, yaitu untuk memperoleh SDM Perdes yang berkualitas.”

Menanggapi kejanggalan proses seleksi yang terjadi, Ali kemudian mempertanyakan kinerja penyelenggara seleksi, “Seharusnya kejanggalan-kejanggalan ini diminimalisir. Kalau seperti ini, banyak keluhan dari masyarakat, kinerja penyelenggara seleksi perlu dipertanyakan.” [AC]

Hasil Seleksi Tertulis Perangkat Desa Boyolali Tidak Wajar, Ketua Fraksi PKS: Ini Perlu Diklarifikasi

Ketua FPKS DPRD Boyolali, Ali Hufroni, ST.

BOYOLALI (10/11) - Proses seleksi Perangkat Desa (Perdes) Boyolali menyita perhatian banyak pihak. Setelah hasil ujian tertulis diumumkan oleh panitia, ternyata banyak peserta seleksi yang tidak puas. Nilai hasil ujian yang diumumkan dianggap tidak wajar dan mengada-ada.

Sebagaimana informasi yang dihimpun oleh Solopos.com, Kamis (9/11/2017), kasus di Desa Mlese, Juwangi, misalnya, salah satu peserta yang tidak mengikuti ujian Matematika dan Pemerintahan Desa, ternyata nilainya tetap keluar dan bahkan mengalahkan peserta seleksi lain.

Selain itu ditemukan pula kasus perolehan nilai ujian yang tidak wajar. Sebagaimana pengaduan warga yang diterima oleh Ketua Fraksi PKS DPRD Boyolali, Ali Hufroni, “Sudah ada beberapa pengaduan yang masuk terkait seleksi Perdes ini. Ada yang melaporkan nilai ujian yang keluar agak aneh. Misalnya, ada guru agama yang nilai ujian agamanya cuma 16. Ada juga lulusan IAIN yang jago bahasa Arab, nilai agamanya hanya 28. Ini perlu diklarifikasi.”

Seleksi Perdes Boyolali tahun ini bertujuan untuk mengisi 687 posisi perangkat desa di seluruh Kabupaten Boyolali. Tercatat, kurang lebih ada 2.344 orang yang mengikuti seleksi Perdes Boyolali. Jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit.

“Hajatan besar ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak. Kita akan berusaha kawal”, tegas Ali. [AC]