26 Juni 2014

Kampanye di Boyolali, Prabowo Tegaskan Komitmennya Untuk Sejahterakan Rakyat



Prabowo berorasi dihadapan massa pendukungnya di Boyolali (26/6)

Boyolali(26/6) – Capres nomor urut satu, Prabowo Subianto, hari ini Kamis (26/6/2014) menghadiri kampanye terbuka yang digelar oleh Koalisi Merah Putih Boyolali di Lapangan Desa Kaligentong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Kampanye yang dihadiri lebih dari 5 ribu massa pendukung pasangan Prabowo-Hatta itu juga dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional diantaranya Ketua DPP PKS Hidayat Nur Wahid dan Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi. 

Dalam orasi politiknya, Prabowo menegaskan bahwa masyarakat ikut bertanggungjawab dengan apa yang terjadi pada bangsa, termasuk saat memberikan pilihan pada Pilpres mendatang.

Menurut Prabowo, Indonesia merupakan negara terbesar ke-4 dan terkaya sumber daya alamnya ke- 5 di dunia. Tapi mengapa rakyat Indonesia masih banyak yg miskin? Karena kekayaan Bangsa Indonesia banyak dinikmati  bangsa lain. Banyak kekuatan negara asing yang mengincar kekayaan Indonesia sejak beratus tahun lalu.

“Mereka selalu ingin Indonesia pecah dengan adu domba. Yang mereka incar adalah kekayaan kita,” ungkap Prabowo dalam orasi politiknya.

Oleh karena itu, Prabowo menegaskan kembali komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yg kuat yang mampu berdiri di atas kaki sendiri. Menjadikan Indonesia sebagai negara bermartabat yang menjadi mitra sejajar bukan menjadi pelayan bangsa lain. Menyejahterakan kehidupan rakyat Indonesia.

"Kita ingin keluarga kita bahagia dan sejahtera. Anak-anak belajar ke sekolah dengan bahagia." Tegas Prabowo

Dalam kesempatan itu Prabowo menyatakan banyak pihak yang takut kalau dirinya jadi presiden.

“Saya juga tidak tahu mengapa mereka takut kalau saya jadi presiden. Kenapa harus takut jika rakyat sejahtera dan Indonesia akan bangkit di atas kakinya sendiri,” kata Prabowo.

Prabowo kembali menegaskan tekadnya membentuk pemerintah yang bersih dan menghilangkan korupsi jika terpilih. Dia juga menyatakan siap dan sudah membuktikan pernah mempertaruhkan jiwa dan raga untuk Indonesia.

Kampanye di Basis Merah, PKS Optimistis Menangkan Prabowo-Hatta

image
Orasi Hidayat Nur Wahid saat kampanye di Sukoharjo, hari ini, Kamis (26/6/2014)

Sukoharjo – Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah, Hadi Santoso menyatakan rasa optimismenya untuk memenangkan pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta di Jateng, terutama di basis merah yang selama ini dikenal sebagai basis Jokowi, yakni di Solo, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Wonogiri. 

Menurut Hadi, setidaknya ada beberapa alasan mengapa dirinya optimistis Prabowo-Hatta dapat mereguk kemenangan di lima daerah tersebut, diantaranya adalah soliditas mesin pemenangan yang tak diragukan lagi.

“Mesin kami telah teruji di Pileg lalu, khusus PKS, kami telah membuktikan mampu memenangkan Pilkada Karanganyar, mengantarkan caleg duduk di parlemen, dan jika mesin partai ini dipadukan dengan teman – teman dari Gerindra, PAN, PPP, Golkar, PBB dan Demokrat, maka kami optimistis raihan di basis tersebut maksimal di 9 Juli mendatang,” terang Hadi, Kamis (26/6/2014).

Lebih lanjut, Hadi menyatakan bahwa semua kekuatan akan dikerahkan untuk mendulang suara maksimal di Jateng. “Salah satu yang kita canangkan adalah kampanye door to door, kampanye lewat socmed juga terus kita galakkan, dan tentunya melalui bantuan struktur dan aleg semua partai pengusung Prabowo-Hatta di jateng yang berjumlah 45 kursi akan menjadi kekuatan tersendiri,” ungkapnya.

Seperti diketahui, hari ini Prabowo Subianto bersama koalisi merah putih menggelar kampanye di tiga tempat yang merupakan basis merah, yakni Sukoharjo, Surakarta dan Boyolali. Tiga daerah tersebut selama ini dikenal sebagai basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, penyokong duet Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Sejak kampanye pilpres dimulai tercatat tiga kali sudah capres Prabowo mengunjungi kota Surakarta yang juga dikenal dengan nama Solo itu. Pertama saat meresmikan tim pemenangan pada pekan terakhir Mei lalu, kedua pada 8 Juni bersamaan dengan haul mantan Presiden Soeharto.

Terakhir hari ini tim Prabowo kembali menggelar kampanye di Solo. Namun menurut Tim Kampanye Prabowo-Hatta, Hidayat Nur Wahid tiga kali kampanye di kota Bengawan itu bukan merupakan stretagi khusus capres yang diusung koalisi Merah Putih tersebut.

"Secara Prinsip, itu tidak usah disebut strategi khusus, karena tak bisa dipungkiri komposisi penduduk Indonesia mayoritas di Jawa. Indonesia ini tidak lepas dari kejawaannya, jadi akan legitimasi lebih kuat lagi. Jadi wajar saja," kata anggota dewan pakar tim Prabowo-Hatta, Hidayat Nur Wahid di sela kampanye Prabowo di Lapangan Made, Grogol, Sukoharjo.

Bahkan, khusus di Jawa, mantan Presiden PKS ini menargetkan kemenangan hingga 65 persen. Meski Solo dan sekitarnya merupakan basis PDI Perjuangan, namun politisi PKS ini yakin target itu realistis. Apalagi di Jawa Tengah duet Prabowo-Hatta didukung partai-partai yang memiliki kekuatan besar.


Dalam kampanye di Sukoharjo ini, Selain dihadiri langsung oleh capres Prabowo dan HNW, sejumlah petinggi partai juga terlihat hadir sepeti halnya Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi, serta mantan Panglima TNI, Djoko Santoso.

12 Juni 2014

Warga Boyolali Budidayakan Labu Golden Mama

 image


Boyolali - Masyarakat Desa Wisata Samiran, Selo, Boyolali, membudidayakan tanaman Labu Golden Mama di pekarangannya. Selain karena memiki nilai ekonomis yang cukup tinggi, juga karena dapat memperindah pemandangan di pekarangan. 

Pengurus Desa Wisata, Haris Budiarto, Kamis (5/6) menjelaskan, pengembangan Labu Golden Mama merupakan bagian dari program Ketahanan Pangan lestari, dengan mengoptimalkan lahan pekarangan untuk lahan bahan pangan.

Warga desa memilih mengembangkan Labu Golden Mama karena memiliki nilai ekonomis yang lumayan dan dapat menarik minat wisatawan.

Meski buahnya tak terlalu besar, warna orange yang bersih saat labu matang menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih tanaman labu ini merambat di talang, sehingga buahnya bergelantungan dan mencolok mata. Tekstur labu ini juga lebih kenyal dari labu biasa. 

"Bibitnya diberi gratis oleh pemerintah. Kami juga mendapat bantuan dari penyuluh untuk cara penananam," ujar Haris.

Hasil pengembangan dan budi daya Labu Golden Mama di pekarangan rumah, cukup memuaskan. Wisatawan yang sedang berkunjung ke desa tertarik dengan labu itu.  

"Warga akhirnya memasukkan pemetikan dan pengolahan labu dalam satu paket wisata. Jika dijual di Pasar, nilainya Rp 8.500 per kilo. Sementara untuk wisatawan, kalau untuk petik sendiri harganya bervariasi," tambah Haris.

Sulastri (47) warga setempat yang ikut menanam labu di pekarangan rumahnya menjelaskan, Labu Golden Mama bisa dipanen setelah masa tanam 3 bulan. Selain di halaman rumah, ada warga yang mulai mencoba menanam labu ini di ladang, sebab nilai ekonomisnya tinggi.

Sumber: suaramerdeka.com

Anis Matta Beberkan Keunggulan Prabowo

 


Kamis (12/6) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta turut serta dalam rombongan calon presiden RI 2014-2019 Prabowo Subianto ketika menghadiri kampanye di Banda Aceh, Rabu (11/06) kemarin. Pada kesempatan itu Prabowo Subianto memberikan kesempatan kepada Anis Matta untuk berorasi dihadapan ribuan warga Aceh yang hadir dipelataran parkir Stadion Dimurthala Lampineung, Banda Aceh.

Dalam orasinya Anis membeberkan beberapa keunggulan dari Prabowo Subianto, khususnya saat debat kandidat beberapa waktu lalu. Anis menganggap Prabowo mampu berbicara dan menjelaskan visi-misinya dalam skala yang lebih besar, yaitu sebuah negara bukan kota. Sedangkan capres lainnya masih berbicara seputar kota. Anis mengatakan tentu akan sangat berbeda sebuah negara dengan sebuah kota.

"Ada Satu yang sangat mendasar dalam debat yang sama-sama telah kita saksikan, Yang satu bicaranya negara, yang satu bicara kota, jadi bedanya pada skala, dan kata orang pintar, perbedaannya bukan pada kata negara dan kota tapi pada tingkat pengetahuan mengelolanya," ujarnya.

Anis menambahkan satu hal yang paling mencolok pada debat tersebut adalah pada penampilan, menurutnya Prabowo lebih meyakinkan untuk dijadikan pemimpin.

"Rasulullah mengatakan Kalau kalian mengirim utusan padaku kirimlah yang tampan wajahnya,” pungkasnya sambil membacakan sebuah Hadits.

Sumber: pks.or.id

"Perbawa Prabowo" | Catatan Wartawan

 

Oleh: Kafil Yamin

MESKI saya wartawan, saya tak pernah berjumpa langsung dengan Prabowo. Dengan sejumlah jenderal lain pernah. Karena itu, pengetahuan saya tentang Prabowo Subianto – saya kira pengetahuan kebanyakan orang – berasal dari sumber-sumber kedua atau ketiga. Misalnya dari media yang mengutip beberapa pernyataannya. Dan media itu mengutip pula dari media lain. Atau dari cerita sesama wartawan. Kebanyakan menjelaskan salah satu sisi pribadinya. Dan sisi itu yang itu-itu juga: Jenderal pelanggar HAM, anti asing, penculik aktivis.

Maka, yang tergambar di kepala saya adalah seorang yang otoriter, menakutkan, tinggi hati.

Sejak lama, Prabowo memang bukan figur kesayangan media, seperti sejumlah tokoh lain. Lelaki yang suka berkebun ini hampir tak pernah menjadi narasumber wartawan untuk berita-berita politik, sosial atau budaya. Iya hanya dimintai komentar untuk isu-isu yang menyangkut citra kelabu dirinya.

Dan memang, Prabowo sendiri tak suka melayani wartawan. Ia bukan seorang pencitra diri. Ini pernah dikatakannya kepada seorang wartawan asing: “One of my weaknesses is dealing with the media, with the people like you [Salah satu kelemahan saya adalah berhadapan dengan media, dengan orang seperti anda].”

Saya bisa bayangkan, betapa tidak nyaman wartawan silih berganti datang kepadanya hanya untuk mengulang-ulang pertanyaan: “Apakah anda bertanggung jawab atas penculikan aktivis? Kenapa anda merencanakan kudeta? Kenapa anda dipecat?”

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sudah dia jawab berulangkali, dengan logika bersahaja, dengan bahasa yang sangat lugas. “Saya memimpin tiga puluh empat battalion waktu itu. Jika saya mau ambil alih kekuasaan, apakah ada yang bisa mencegah saya? Dan cukup banyak yang mendorong saya untuk itu. Tapi itu tidak saya lakukan. Kenapa? Karena saya prajurit. Dan prajurit itu penjunjung dan penjaga konsititusi,” tegasnya suatu saat kepada seorang wartawan asing, dalam bahasa Inggris yang sangat bagus.

Tapi berita yang menyebar tetap saja citra-citra yang tadi: Pelanggar HAM, penanggung jawab Tragedi Semanggi. Prabowo tak pernah menggugat media, tak pernah mengkanter. Ia terus menjawab pertanyaan, meskipun jawaban-jawabannya menguap dalam sentiment negatif massa anti Soeharto.

Dan setiap musim pilpres, saat namanya muncul sebagai calon presiden, isu-isu itu mengemuka lagi. Di luar ‘musim’ itu, saya beberapa kali menonton wawancaranya tentang ekonomi dan kewirausahaan. Saya tertarik pada minatnya yang kuat untuk membangun ekonomi rakyat. Dia berbicara sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia [HKTI]. Dia punya banyak data tentang ekonomi masyarakat, jumlah pasar tradisional yang tergusur mall, bank yang lebih berpihak kepada pengusaha besar, pertanian yang makin terpinggirkan, perairan-perairan Indonesia yang dimalingi nelayan asing, dsb.

Gaya bicaranya umum saja. Bukan gaya seorang orator. Tapi lugas dan jelas, dengan bahasa yang rapih, mencerminkan pikirannya yang runut dan tertib. Tidak meledak-ledak. Enak untuk disimak – bagi mereka yang mementingkan isi ketimbang gaya. Ia lebih tampak sebagai pemikir.

Ketika ia mencalonkan lagi di musim pilpres sekarang, dan peluangnya lebih besar dari waktu-waktu sebelumnya, saya sudah menduga serangan kepadanya soal HAM akan meningkat. Dan memang terjadi. Dari pengguna fesbuk sampai pengamat, dari intelektual abal-abal sampai jenderal, mulai ‘nyanyi’ lagi soal ‘catatan masa lalu’ sang Jenderal, soal istri, soal haji sampai soal ngaji. Saya khawatir dia tak akan kuat menghadapi gugatan, sinisme, hujatan yang begitu luas. Beberapa tokoh yang tadinya tak pernah berkonfrontasi dengan Prabowo, kini ikut menembaknya, demi mengambil hati konstituen politik. Prabowo mungkin akan menyerang balik. Akan meradang.

Tibalah acara pengumuman daftar nomor urut capres dan cawapres. Prabowo akan datang dengan penampilan jumawa di hadapan orang-orang, pikir saya. Dengan koalisi besar di belakangnya, dengan dukungan lebih besar, dia akan langsung duduk di tempatnya dan membiarkan perhatian orang tertuju kepadanya.

Tidak. Dia masuk, menghampiri semua tokoh yang hadir, dan para tokoh pun berdiri. Terasa sekali wibawa dan kharisma Prabowo di ruangan itu. Ia pun menghampiri pesaingnya Jokowi dan Jusuf Kalla, dan Megawati yang tidak ikut berdiri, memberi hormat. Menyalami mereka. Sungguh pemandangan seorang ksatria, setidaknya bagi saya.

Kemudian dia maju; menyampaikan pidato singkat. Dia menyampaikan penghargaan kepada seluruh yang hadir. Menyebut nama mereka satu persatu. Menyebut nama pesaingnya Jokowi dan Jusuf Kalla dengan hormat.

Tampil Jokowi, figur merakyat dan sederhana, dia malah kampanye. Dan tidak memberi salam kepada Prabowo-Hatta.

Tiba saat deklarasi pemilu damai. Lagi-lagi Prabowo berpidato dengan menyejukkan semua pihak; menyebut Jokowi dan Kalla sebagai “saudara saya juga”. Meski Jokowi tak membalas keramahan Prabowo, tapi saya makin jatuh hati pada Prabowo. Orang-orang meramaikan sikap Jokowi yang kaku dan terlihat tegang.

Sampai menjelang debat capres 9 Juni kemarin, saya sudah berpikiran saya tidak akan melihat Prabowo beradu argumentasi ala debat. Saya sudah menduga dia akan berbicara seperti biasa, lebih memusatkan diri pada penyampaian pikiran ketimbang mengundang simpati.

Tapi bagaimana kalau dia dikorek-korek soal pelanggaran HAM di hadapan ratusan juta pasang mata melalui siaran langsung teve? Ingat para politisi kita yang mudah sekali meledak kalau tersinggung, terlihat di layar teve. Prabowo bisa begitu, saya kira.

Dan momen itu datanglah: Debat Capres. Orang-orang mungkin mengharapkan Prabowo akan tampil sebagai pendebat ulung, dan itu tidak susah baginya. Saya sudah orasi-orasi hebat. Itu hanya untuk kepuasaan sesaat. Obama hanya menarik saat kampanye karena kepiawaiannya berpidato, setelah jadi Presiden sama membosankannya dengan Bush.

Saya tidak perlu Prabowo yang berapi-api dan beragitasi. Dan saya senang karena ternyata dia tampil sangat ‘biasa-biasa saja’. Namun yang di luar dugaan saya, dia seperti tidak punya keinginan untuk mengungguli Jokowi-Hatta, padahal saya tau dalam suatu wawancara dia ‘menghabisi’ wartawan Asia News Channel, dengan logika cerdas. Dan si wartawan bule itu pun mengkerut.

Ia tidak lakukan ini kepada Jokowi. Bahkan ketika diberi kesempatan bertanya kepada Jokowi, Prabowo ‘hanya’ menanyakan yang datar-datar saja, bagaimana cara Jokowi nanti menangani tuntutan tuntutan pemekaran wilayah dan pilkada yang berbiaya mahal. Ia tidak menanyakan soal kasus korupsi Trans-Jakarta, atau ingkar janjinya kepada masyarakat Jakarta. Dia tidak menyerang. Dia tidak tendensius. Dia tidak meninggikan diri.

Sebaliknya, Jokowi berkali-kali menyebut dirinya ‘yang terbaik’ di PDIP. Dan ‘rekam jejak’. Dan ketika diberi kesempatan bertanya kepada Prabowo, yang sudah diduga itu muncul: Jusuf Kalla mempersoalkan pelanggaran HAM Prabowo di masa lalu.

Yang diluar dugaan saya, Prabowo cukup menjelaskan bahwa dia prajurit yang melaksanakan tugas. Dia tidak ‘membongkar’ atasannya. Hanya menyarankan Kalla untuk bertanya kepada atasannya waktu itu. Tentu dia bisa menambahkan kalimat: “Yang sekarang berada di kubu Bapak.” Tapi tidak.

Inikah jenderal penculik itu? Jenderal kejam itu? Perencana makar itu? Kok begitu pengalah. Begitu santun. Begitu hormat. Gambaran tentang Prabowo berbahan ‘informasi seken’ di kepala mendadak berubah. Saya jatuh cinta padanya.

Bagi saya itu sudah cukup. Tak perlu ada debat Capres kedua, ketiga.

Apakah ia sedang ber-acting? Sedang mematut-matut diri? Untuk mendapat simpati publik? Alhamdulillah, berbekal 20 tahun lebih hidup sebagai wartawan, saya tau persis mana sikap yang dibuat-buat, mana polesan, dan mana yang asli dari dalam. Prabowo jelas tidak pandai ber-acting. Itu adalah perbawa Prabowo.

Tunggu. Tapi kenapa sejak lama ia dicitrakan sedemikian buram, bahkan oleh beberapa petinggi TNI? Oleh lingkaran kekuasaan? Jawabannya adalah kisah klasik tentang Pangeran pewaris tahta di antara para petinggi kerajaan yang mengincar kekuasaan sang raja yang tengah udzur. Sang Pangeran terlalu cemerlang, ia hambatan terbesar bagi para peminat kekuasaan. Dan kerena itu harus ada jalan untuk menyingkirkannya. Dan Prabowo pun tersingkir dari lingkaran kekuasaan sedemikian lama.

Prabowo pun berminat pada kekuasaan, tapi dengan dorongan untuk menjadikan negerinya terhormat, seperti yang saya dambakan. Dia ingin naik kepada kekuasaan atas kehendak rakyat yang dicintainya. Dia membangun partai. Dia pasang iklan. Semua yang ia lakukan dalam usaha itu berdasarkan konstitusi, aturan dan etika.

Bagi saya, Prabowo adalah obat ‘herbal’ bagi masyarakat politik Indonesia sekarang yang kehilangan keindonesiaannya: saling serang, saling hujat, saling sikut, mengabaikan rasa malu. Pelipur bagi mental gampangan para pemimpin negeri ini: memberi konsesi kepada penanam modal asing adalah ‘prestasi’. Dan karena itu, di atas bumi yang kaya raya ini, manusianya miskin dan negaranya pengutang besar.

Prabowo ingin Indonesia berdaulat, terhormat dan bermartabat. Pesaingnya juga pasti menginginkan demikian. Kalau semua pihak berkeinginan dan berniat sama, tak perlu saling menjatuhkan. Saya yakin begitu pikiran Prabowo. Saya menaruh kepercayaan pada orang ini. []


Sumber: pkspiyungan.org

10 Juni 2014

Kisah Nabi Yusuf: Ketika Penjara Berbuah Mulia




Oleh: Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc.
 
Siapapun yang memiliki sebuah ideologi dan hendak mempertahankannya, umumnya ia akan mengalami perjuangan berat yang tidak semua orang dapat bertahan. Di sinilah akan berbeda antara emas dan loyang. Siapa yang benar-benar berjuang dan siapa yang hanya berpura-pura. Apalagi jika ideologi yang diusung tersebut adalah ideologi yang terinspirasi oleh pengamalan ajaran Islam. Bahkan Allah ta’ala dengan jelas menyebutkan bahwa siapa yang mengatakan dirinya beriman maka akan diuji (QS. Al-Ankabut: 2), bahkan akan digoncang dengan dahsyat (QS. Al-Baqarah: 214). 

“Sejarah selalu berulang”, demikian ungkap Ibnu Khaldun, sosiolog muslim berabad-abad lampau. Berapa banyak tokoh-tokoh muslim yang dijebloskan penjara oleh rezim-rezim zalim. Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah salah satu korban keteguhan memegang sebuah prinsip, yakni prinsip menjauhi dosa besar zina yang telah di hadapan mata. “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku”, demikian ungkap Yusuf ‘alaihissalam ketika menolak sandiwara perzinaan dari seorang wanita (QS. Yusuf: 32-33). 

Di sini sudah tidak berlaku logika pengadilan murni, yang ada hanyalah logika syahwat emosional seorang isteri penguasa. Jika dipikir-pikir, tidak akan pernah ada bukti-bukti yang dapat menjebloskannya ke penjara. Bahkan ada saksi ahli dari keluarga penguasa yang menyatakan bahwa jika pakaian Yusuf ‘alaihissalam yang robek adalah bagian depan, maka Yusuf ‘alaihissalam salah. Namun jika bagian belakang yang robek, maka wanita itu yang salah. Faktanya ternyata yang robek adalah bagian belakang dari pakaian Yusuf ‘alaihissalam. Namun demikian, fakta itu tidak penting di tangan pemegang otoritas, sang penguasa tirani. Yusuf ‘alaihissalam tetap saja di penjara. Menurut Ikrimah, akhirnya Yusuf ‘alaihissalam dipenjara selama 7 tahun. Sedangkan al-Kalby menyebutkan, bahwa Yusuf ‘alaihissalam dipenjara selama 5 tahun. Demikian penjelasan mereka dalam tafsir al-Baghawy. 

Tentu semua itu tidak luput dari skenario Allah ta’ala. Tidak ada kata dendam sedikit pun pada diri Yusuf ‘alaihissalam ketika itu memang telah diputuskan oleh penguasa. Yusuf ‘alaihissalam berusaha menikmati kehidupan barunya dengan penuh suka cita, karena telah terbebas dari fitnah yang sangat besar. Dalam penjara, Allah ta’ala menyempurnakan karakter Yusuf ‘alaihissalam dalam hal kedermawanan, amanah, kejujuran, perilaku baik, memperbanyak ibadah dan mengetahui ta’wil mimpi, untuk sebuah rencana besar di masa mendatang.

Singkat cerita, lalu Allah ta’ala membuka cerita yang sesungguhnya, setelah tujuh tahun di penjara tadi, dan berlakulah hukum Allah ta’ala yang juga akan berlaku sepanjang zaman, “Mereka membuat skenario (makar) dan Allah juga membuat skenario. Dan Allahlah sebaik-baik pembuat skenario” (QS. Ali ‘Imran: 54). Sejarah lalu berbalik membela dan meninggikan Yusuf ‘alaihissalam. Makar Allah ta’ala yang sangat tampak dalam hal ini adalah mengajarkan pada Yusuf tentang ta’wil mimpi, lalu memberikan sebuah mimpi pada raja yang tidak bisa dita’wilkan oleh siapapun kecuali Dzat Yang Memberi mimpi. Di sini sangat kentara antara mimpi raja dan kemampuan ta’wil mimpi Yusuf, yang keduanya sama-sama dari Allah ta’ala.

Dan kemudian Yusuf ‘alaihissalam menjadi menteri yang berkuasa, melalui intervensi dari Allah ta’ala. Menurut Ibnu Katsir, tujuh tahun pertama Yusuf ‘alaihissalam berkuasa, Mesir dalam kondisi subur dan hasil bumi melimpah ruah. Lalu tujuh tahun berikutnya terjadilah paceklik. Pada masa inilah saudara-saudara Yusuf datang untuk membeli makanan pokok di istana Yusuf. 

Ar-razy menambahkan bahwa masa Nabi Ya’qub ‘alaihissalam tinggal bersama Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah 24 tahun. Setelah itu Nabi Yusuf ‘alaihissalam masih berkuasa lagi di Mesir selama 23 tahun berikutnya. 

Jadi, dari pernyataan Ibnu Katsir dan Ar-Razy di atas, dapat diperkirakan, bahwa Nabi Yusuf ‘alaihissalam berkuasa di Mesir lebih dari 55 tahun, dengan asumsi kedatangan saudara-saudara Yusuf ‘alaihissalam adalah pada tahun pertama paceklik (8 tahun)+(24 tahun)+(23 tahun). 

Nabi Yusuf ‘alaihissalam masuk penjara selama 7 tahun karena terzalimi, lalu Allah ta’ala memuliakan yang bersangkutan berkuasa selama 55 tahun, yang berarti 7 kali lipatnya lebih. Demikianlah sunnatullah dalam perjuangan. Wamakaruu wamakarallah, wallahu khairul makirin. Wallahu a’lam bishshawab.

Targetkan Menang, Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Kabupaten Boyolali Dikukuhkan



Boyolali (10/6) - Tim Pemenangan Pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa Kabupaten Boyolali dikukuhkan hari ini, Selasa (10/6). Deklarasi pemenangan yang digelar di Posko Bersama Koalisi Merah Putih diawali dengan penandatanganan piagam deklarasi oleh pimpinan Partai Gerindra, PAN, Partai Golkar, PKS, PPP, dan PBB.

Kegiatan tersebut diikuti sekitar 500 orang yang terdiri atas seluruh pengurus parpol koalisi, kader dan simpatisan parpol koalisi, tokoh masyarakat, tokoh agama dan relawan. Hadir sebagai tamu kehormatan  mantan Bupati Boyolali, dr. Jaka Srijanta dan wakil ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa tingkat Provinsi, KPH Purwodiningrat Kus Raharjo.

Dalam sambutannya, Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa Kabupaten Boyolali, Santoso, menekankan kepada seluruh anggota tim pemenangan, kader dan relawan agar segera bergerak ke segenap lapisan masyarakat untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa. Santoso menambahkan bahwa tidak penting berapa persen capaian suara yang didapat, tapi yang penting adalah menang berapapun selisihnya. "Walaupun Boyolali ini dikatakan kandang Banteng Merah, tapi kami tidak takut. Kami optimis menang di Boyolali" katanya.

Sementara itu, tokoh masyarakat yang juga mantan Bupati Boyolali, dr. Jaka Srijanta, dalam orasinya menyampaikan bahwa sosok Prabowo Subianto adalah benar-benar merupakan sosok patriot sejati yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk bumi pertiwi. "Saya kenal betul Pak Prabowo karena pernah tugas bersama ketika mengamankan Kota Dili Timor Timur pada tahun 1975." Tambahnya. oleh karena itu, dia menekankan kepada seluruh anggota tim pemenangan, kader dan relawan untuk tidak ragu-ragu mengkampanyekan pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa karena inilah pasangan terbaik yang dibutuhkan bangsa saat ini.

Dalam acara pengukuhan ini, tim pemenangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa Kabupaten Boyolali dikukuhkan oleh Wakil Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa tingkat Provinsi, KPH Purwodiningrat Kus Raharjo, ditandai dengan pemasangan PIN Prabowo Subianto - Hatta Rajasa secara simbolik diikuti oleh pemasangan PIN masing-masing peserta yang hadir.

Acara diakhiri dengan doa untuk kemenangan pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa oleh Ketua DPD PKS Boyolali, H. Syaifudin, S.Si.

3 Juni 2014

"Prabowo-Hatta: Spirit Baru Nasionalisme Indonesia"

(Foto: Khairuddin safri)
Pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta didampingi Presiden PKS Anis Matta dan Ketua Umum Partai Golkar Abu Rizal Bakri di arak dalam pengambilan nomor urut pasangan menuju Gedung Komisi Pemilihan Umum Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (1/6).

Pasangan Prabowo-Hatta memperoleh nomor urut satu. Di sepanjang Jalan Imam Boniol, ribuan pendukung dari berbagai elemen buruh, ormas, partai pendukung bersorak sorai gembira disertai Takbir usai pengambilan nomor urut.

***

Sobat, Mana Lencana GARUDAmu?

Kita hanya punya SATU bumi untuk dihuni bersama
Dan kita hanya punya SATU negeri untuk dibangun bersama

Mari Dukung Prabowo-Hatta untuk Selamatkan Indonesia!
Indonesia yang Berdaulat, Indonesia yang Bermartabat

Klik:
www.twibbon.com/support/prabowo-hatta
atau
http://twb.ly/1k8zRFw

*sumber: pks-kreatif.com