15 Februari 2018

[Serial Capres] Ahmad Heryawan, Prestasi Tiada Henti

 
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan

Oleh: Arka Atmaja (Relawan Literasi PKS Jateng)
Dari semua kader PKS yang telah menjadi pejabat publik, tak terbantahkan, Ahmad Heryawan atau Aher lah yang paling sukses. Menang dengan mengejutkan, dan setelah memimpin, ia berhasil membuat orang berdecak kagum.

Politisi yang lahir 52 tahun yang lalu di Sukabumi ini, sukses mendapatkan 234 Penghargaan selama memimpin Jabar (sampai agustus 2017), mungkin sudah bertambah. Atau kalau di buat rata-rata, 13 hari sekali Aher memberikan kebanggaan kepada warga Jabar dengan penghargaan yang di terimanya.

Jumlah penghargaan ini juga menempatkan dirinya sebagai Gubernur dengan penghargaan terbanyak se Indonesia. Benar-benar Gokil.

Aher adalah gambaran dari Slogan PKS, Bersih, Peduli dan Profesional. Sebagai kader PKS yang telah menjadi pejabat publik, ia sukses melewatinya dengan catatan yang akan sulit diikuti oleh generasi setelahnya. Ia adalah Teknokrat sejati.

Di tengah pengelolaan Pemerintah Daerah yang mana banyak persoalan dalam managemen anggarannya. Aher membuktikan bahwa Jabar berhasil sukses mewujudkan Pemerintah yang Good Governance. Jabar mendapatkan catatan WTP enam kali berturut-turut. Itu artinya Pemerintah Jabar telah menyelenggarakan pemerintahan dengan pengelolaan anggaran daerah yang profesional.

Perjalanan Aher menuju panggung politil tidaklah singkat. Sebelum duduk menjadi orang nomor satu di Jawa Barat, Aher adalah anggota dewan DPRD DKI Jakarta selama dua periode sejak tahun 1999. Ia termasuk dari sedikit kader PKS yang tembus menjadi Pejabat Publik saat PKS masih bernama PK.

Pilgub 2008 menjadi tonggak sejarah karir politiknya, secara mengejutkan, berpasangan dengan Dede Yusuf yang saat itu tidak diunggulkan berhasil mendapatkan suara terbanyak. Namun pasangan ini hanya satu periode bersama, setelah periode kedua, Aher berpasangan dengan Dedi Mizwar.

Kalau Jokowi bisa menjadi Presiden setelah sukses memimpin solo, rasa-rasanya, Aher pun layak memimpin Indonesia setelah sukses memimpin Jabar.

Fikri Faqih : Nomer 2 Isyarat Kemenangan

Ketua DPW PKS Jateng, Abdul Fikri Faqih

SEMARANG - Selasa (15/02) malam tadi pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Sudirman Said-Ida Fauziyah mengikuti acara pengambilan nomer urut Pilgub Jateng 2018 di Aula Hotel Patra Jasa Semarang. Pasangan Sudirman Said - Ida Fauziyah mendapatkan nomer urut 2 dalam pencalonan Pilgub Jateng 2018. Ketua DPW PKS Jateng Fikri Faqih menyebut bahwa nomer 2 adalah isyarat kemenangan.

" Pak Dirman dan Bu Ida memang berharap mendapatkan nomer urut 2. Nomer 2 melambangkan kemanusiaan yang adil dan beradab artinya pasangan cagub cawagub memang melihat pencalonan ini sebagai panggilan kemanusiaan. Nomer 2 juga berarti victory, kemenangan." ujar Fikri.

Lebih lanjut Fikri Faqih menyebut pengambilan nomer urut memberi motivasi besar untuk PKS. " Pengambilan nomer urut ini memberi motivasi besar bagi seluruh kader dan struktur untuk memaksimalkan kerja memenangkan calon usungan." Sebutnya.

" Alhamdulillah beberapa daerah telah melaksanakan Rakerda. Ini bagian dari usaha untuk mengonsolidasikan seluruh komponen partai. PKS adalah bagian dari koalisi akan membagi semangat dan membagi kerja untuk memenangkan Dirman - Ida." papar Fikri.

Senada dengan hal itu Sudirman Said menyebut bahwa dirinya mencalonkan diri karena panggilan kemanusiaan. " Kami mencalonkan diri atas panggilan kemanusiaan untuk melayani masyarakat Jateng. Kami tidak ingin jika jadi nantinya akan menjadi kepala daerah selanjutnya yang terseret kasus korupsi." ujar lelaki yang akrab dipanggil Pak Dirman ini.

" Total sudah ada 20 kelompok relawan yang sudah terbentuk dan siap bergerak. Kami optimis akan menang apalagi jika Bu Ida bisa menarik suara perempuan Jateng." pungkas Sudirman Said.

Seluruh Aleg PKS Gelar Konsolidasi Nasional

 
Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini

Yogyakarta (13/2) -- Ajang konsolidasi anggota legislatif PKS se-Indonesia yang diselenggarakan Fraksi PKS DPR RI Selasa, 13 Februari 2018 resmi dimulai. Acara yang berpusat di Hotel Alana Yogyakarta ini diselenggarakan selama 4 hari, dari tanggal 13 sampai 16 Februari 2018.
Menurut Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini, kegiatan ini dikemas dalam agenda Rapat Pleno Istimewa Fraksi PKS se-Indonesia. Kegiatan ini melibatkan Fraksi PKS dari tingkat DPR hingga DPRD Kabupaten/Kota se-Indonesia.
"Kegiatan Rapat Pleno Istimewa Fraksi PKS Nasional ini kita gelar setiap tahun, sebagai ajang konsolidasi seluruh Aleg PKS. Aleg PKS garda terdepan memperjuangkan visi misi PKS 'berkhidmat untuk rakyat'. Maka dengan acara ini kita harapkan semakin mempertegas komitmen kerakyatan dan keummatan," jelas Jazuli.
Menurut Jazuli di dalam acara Rapat Pleno Istimewa Fraksi PKS Nasional akan dibahas beberapa isu strategis. Pertama, peran Aleg PKS untuk mendukung penguatan citra PKS. kedua, konsolidasi Aleg PKS untuk mendukung pemenangan Pilkada dan Pemilu 2019, ketiga pembahasan isu-isu strategis nasional dan daerah.
Sementara itu Ketua Panitia, Sukamta menyampaikan bahwa acara ini dihadiri 1.000 anggota legislatif PKS dari tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota.
"Puncak acara akan berlangsung pada hari Kamis 15 Februari 2018 yang akan dihadiri Ketua Majelis Syuro PKS, Dr. Salim Segaf Al-Jufri serta Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman Ph.D," jelas Sukamta yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPR RI.
Selain acara-acara persidangan, Legislator PKS se-Indonesia juga akan menikmati sajian "Ngaji Budaya" berupa pagelaran wayang kulit dengan lakon "Babad Wanamarta, Puntadewa Ratu" bersama dalang Ki Manteb Soedharsono pada Kamis malam.
"Kita harapkan Aleg PKS se-Indonesia nantinya juga berkesempatan untuk menikmati kuliner khas Jogja serta berbagai obyek wisata. Semoga semua dapat menikmati, dan masyarakat Jogja juga bisa mendapat manfaat, dari sisi ekonomi salah satunya," pungkas Anggota DPR RI Dapil DIY ini.

11 Februari 2018

Mardani Ali Sera: Rugi Kader PKS Kalau Tidak Ikut Jihad Pilkada

Ketua tim Pemenangan Anies Sandi, Mardani Ali Sera saat sharing pengalaman Pilgub DKI

SOLO (10/2) – Eks Ketua Tim Pemenangan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Mardani Ali Sera berbagi strategi dan kunci kemenangan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta kepada ratusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah pada Sabtu (10/2/2018) di Kota Solo, Jawa Tengah.
Dalam kesempatan tersebut, dia meminta seluruh kader di Jateng untuk berjuang dalam pemenangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak.”Pilkada ini tentang tarbiyah kita, dalam setiap jihad, tentu akan meningkatkan derajat kita, seperti yang terjadi dalam perang badar, ada inferiority kompleks, dan akhirnya Allah SWT memenangkan perang tersebut, rugi kalau tidak ikut jihad Pilkada,”katanya
Mardani menyebut bahwa salah satu kunci kemenangan yang bisa ditularkan dan ditiru dalam  Pilkada yang akan digelar pada Rabu (27/6/2018) mendatang adalah manajerial yang baik.“Dalam Pilgub DKI Jakarta, ada kekuatan tarbiyah disana, ruhiyah yang harus dimiliki para relawan dan manajerial yang baik, dan jika ingin menang, harus ada tujuan yang jelas, peta yang jelas, pasukan yang jelas dan detail yang jelas,”ujar Mardani.
Lebih lanjut, Mardani menyampaikan bahwa dengan peta dan tujuan yang jelas, relawan dan tim pemenangan Pilkada bisa melakukan kerja-kerja dengan benar. “Peta yang benar memudahkan bekerja dengan benar,”tegas pria yang juga Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS ini.
Salah satu yang menjadi kunci kemenangan, kata Mardani adalah kekuatan relawan, yakni pasukan semut hitam.“Gabungan dari seluruh sayap, kemarin kan ada Gerindra, PKS, PAN, kemudian relawan Mas Anies, Bang Sandi, semua di kelurahan bikin kelompok yang memetakan RT/RW, siapa tokohnya, siapa institusinya, bagaimana pendekatannya dan bagaimana ploting-nya. Sesudah itu mereka jagain, sampai sekarang pun masih dijaga,”jelasnya.
Selain itu, kekuatan yang tidak boleh dipandang remeh adalah kekuatan relawan perempuan. The power of emak-emak, kata Mardani sangat membantu dalam pemenangan Pilgub DKI Jakarta.
“The power of emak-emak,mereka  punya kebebasan dalam menelurkan strategi, misalnya saat kita mau kasih kaos ke relawan perempuan, mereka tidak mau, maunya kerudung, agar lebih mengena kepada calon pemilih perempuan,”jelasnya lagi.
Dalam Pilgub Jateng 2018 sendiri, PKS Jateng mengusung Sudirman Said-Ida Fauziyah bersama Partai Gerindra, PAN dan PKB.
Sementara di tingkat Kabupaten, PKS Jateng mengusung dua kadernya di dua Pilkada, yakni Setia Budi Wibowo yang menjadi calon Wakil Bupati mendampingi Hartini di Pilkada Kudus dan Rohadi Widodo menjadi calon Bupati Karanganyar bersama  Ida Retno Wahyuningsih di Pilkada Karanganyar.

6 Februari 2018

Aher dan Antitesa Sekularisme


Terbayangkah oleh kita ada sosok politisi Islam yang bertabur prestasi kala menjabat sebagai gubernur? Tercatat, sudah 250 penghargaan dalam durasi kepemimpinannya sebagai gubernur Jawa Barat. 

Menginjak masa-masa akhir kekuasaannya, jika dianggap 1 tahun 365 hari dikalikan sembilan tahun dibagi 250 penghargaan, maka muncul angka 13 hari sekali penghargaan diraihnya. Dialah Ahmad Heryawan.

Bagaimana kita menjelaskan sosok kader PKS tersebut dalam pertarungan hegemoni wacana Islam vs Sekularisme?

Cukup mudah menjawabnya. Bagi saya, ini adalah antitesa dari sekularisme. Sudah cukup lama kita dipaksa untuk menerima pemikiran bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Agama (baca: Islam) menurut kaum sekuler tak memiliki peran dalam proses pembangunan bangsa. Alih-alih berkontribusi, agama justru menjadi pemicu konflik dan penghambat kemajuan. Akhirnya muncul pemikiran liar yang mempertanyakan sumbangsih agama bagi pembangunan.

Menurut kelompok yang getol menyuarakan peminggiran agama tersebut, kesalehan seseorang tidak berbanding lurus dengan aksinya di masyarakat. Mereka menuding kelompok atau orang yang membawa-bawa agama justru berkelakukan tidak sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Karena itu, sudah selayaknya agama atau orang sholeh tak mendapat tempat dalam pembangunan bangsa. Pendek kata: agama hanya di awang-awang, berjarak dari realitas sosial.

Untuk menguatkan cara berpikirnya itu, mereka lalu membuat perbandingan dengan orang-orang yang tak membawa-bawa agama dalam kehidupannya sehari-hari namun mempunyai prestasi kerja yang bagus. Tersebutlah nama Jokowi yang kemudian sukses dijadikan sebagai presiden. Kata mereka, Jokowi tak agamis tapi kinerjanya sebagai walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta luar biasa. Sosok inilah yang dibutuhkan bangsa. Begitu pula Ahok.

Tapi Allah sepertinya mendengar rintihan umat Islam di Tanah Air yang tengah gelisah dengan kondisi di negerinya akhir-akhir ini. Tiba-tiba muncul sosok Aher. Fenomena ini seolah menjadi antitesa dari sintesa sekularisme yang terus digembar-gemborkan para pegiatnya.

Ternyata orang sholeh itu bisa berprestasi. Ternyata Islam memiliki peran atau kontribusi dalam pembangunan bangsa. Ternyata orang sholeh dapat mengemban amanah masyarakat dan berpikir inovatif. Dan ternyata, Islam bukan tidak mengawang-awang, ia bisa membumi, dekat dengan masyarakat dan dapat membawa kesejahteraan.

Karena itu, tak heran jika Aher jadi salah satu capres yang digadang-gadang PKS untuk maju di 2019. Prestasi dan kinerjanya sangat patut untuk dinikmati oleh seluruh rakyat di negeri ini, tak cuma di Tanah Pasundan.


Erwyn Kurniawan
Presiden Reli