29 April 2016

Berguru Pada Lezatnya Sepiring Gado-Gado


Penulis: Nunik Fitriyah (Pegiat Literasi Boyolali)

Hampir semua orang tahu dan pernah merasakan lezatnya menu makanan gado-gado. Potongan kentang, buncis, wortel, tempe goreng, tahu goreng, irisan kol, telur, sambal kacang, ditaburi bawang goreng dan krupuk sebagai topingnya. Menu yang sekilas tampak sederhana, namun menjanjikan kelezatan yang menggoda selera dan kelengkapan gizi yang nyaris sempurna.

Kunci dari kelezatan gado-gado sebenarnya hanya satu, yaitu kebersamaan mereka. Meski masing-masing mempunyai ciri dan nama yang berbeda, mereka bersatu dalam wadah yang sama, saling melengkapi cita rasa. Kita tidak akan tertarik lagi dengan gado-gado kalau isinya hanya potongan buncis saja, atau irisan kol, atau wortel.

Begitu juga dalam sebuah organisasi, bermasyarakat, dan di tempat kerja. Organisasi terdiri dari anggota-anggota yang mempunyai karakter dan potensi yang beragam. Ada si pendiam tapi sangat loyal, si kreatif yang sangat kaya akan ide-ide brilliantnya, sang motivator yang ulung dalam membangkitkan semangat rekannya. Pun ada pula anggota yang -sekilas nampak- hanya mampu menyiapkan segelas kopi panas, ketika yang lain rapat sampai tengah malam. Sementara, bisa jadi dalam seduhan kopi itulah terselip keberkahan yang luar biasa karena ketulusan hati si pembuat. Tak ketinggalan  anggota yang dicap menyebalkan karena bisanya hanya berkomentar dan menyalahkan. Padahal sejatinya keberadaan dia justru mendidik yang lain untuk bersikap lapang dada. Kita tidak bisa membayangkan, jika dalam sebuah organisasi, semua ingin menjadi leader, ingin tampil di depan, ingin didengarkan, ingin dipatuhi. Tentu organisasi tersebut tidak akan mampu move on bahkan akan mencapai titik keruntuhannya.

Organisasi, bermasyarakat, dan tempat kerja ibarat gado-gado. Keberadaan satu dengan yang lain saling mendukung dan melengkapi dalam mengusung cita-cita dan harapan semua anggotanya.