7 Januari 2014

Kisah Seorang Hater yang Kini Jadi Caleg Dari PKS



Lampung Tengah (7/1) - Saat hiruk pikuk pemilu 2009, ketidaksukaan Teguh Al Holidi kepada partai politik yang mengusung nilai-nilai agama begitu besar, khususnya pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dia bisa sangat marah jika bendera atau simbol-simbol partai tampak atau terpasang di areal sekeliling rumah atau ‘daerah kekuasaan’nya. Bendera yang terpasang akan ia cabut sendiri hingga tiang-tiangnya. Teman dan kerabat yang aktif di PKS dilarangnya menyosialisasikan partai di sekitar kampung.

“Agama kok dibawa-bawa ke politik? Munafik!” begitu cetusnya saat itu.

Teguh sendiri dikenal sebagai tokoh yang disegani. Tangan dinginnya berulangkali membawa proyek pemerintah yang sering terhambat mengucur mulus ke sejumlah kampung. Maklumlah, sebagai Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tingkat Kecamatan Gunung Sugih-Lampung Tengah, ia bertanggungjawab atas tak kurang dari 293 kelompok petani di 15 kampung atau sekitar 9000 petani.

Namun, Allah Yang Maha Membolak-balikkan Hati merubah persepsinya. Tak dinyana, hater yang begitu gigih menentang partai dakwah ini justru menyatakan ketertarikan dan ingin bergabung sebagai calon legislatif (caleg) dari PKS. Padahal sebagai Ketua Gapoktan tingkat kecamatan, banyak partai lain yang meliriknya untuk dijadikan pendulang suara, tapi Teguh bergeming. Pun walau pilihannya bergabung dengan PKS sempat menggoyahkan periuk nasi keluarganya.

“Saat saya nyaleg dari PKS, sepertinya semua pintu pendapatan tertutup. Kolega yang biasanya memudahkan proses pengucuran proyek Gapoktan tiba-tiba tidak mau ACC lagi,” ujar Teguh. Tak cukup itu, tekanan maupun iming-iming agar ia keluar dari pencalegan lewat PKS juga ia rasakan.

“Mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 300 juta di atas meja supaya saya keluar dari pencalegan PKS dan pindah partai, saya menolak,” akunya. Menurut caleg PKS daerah pemilihan I Kabupaten Lampung Tengah ini, ia sudah telanjur nyaman berinteraksi dengan para kader PKS.

“Walau awalnya agak grogi karena finansial runtuh, tapi alhamdulillah dapur saya masih ngebul,” ujarnya bersemangat. Dia berharap siapapun yang dicalonkan dari PKS dan kelak terpilih sebagai anggota legislatif bisa bekerja melayani masyarakat dengan maksimal. “Meskipun saya nggak jadi (anggota dewan), nggak apa-apa. Yang penting saya ikut berusaha semaksimal mungkin memenangkan PKS,” pungkasnya.


Sumber: pks.or.id