7 Desember 2013

Apakah Senyummu Bernilai Sedekah?


Bersedekah yang paling murah adalah dengan memberi senyum kepada saudaranya saat bertemu. Senyum sedekah tentunya berbeda dengan senyum yang bukan sedekah. Senyum sedekah muncul dari innerbeuty Illahiyah(kebersihan hati), senyum sedekah diberikan untuk semua (rahmatal lil ‘alamin). Tidak di batasi oleh perbedaan pendidikan, jabatan, kecantikan, kekayaan dan status sosial. Senyum sedekah akan menghadirkan ta’liful qulub dan senyum sedekah mempererat persaudaraan(ukhuwah).

Sedangkan senyum yang bukan sedekah muncul bukan dari ketulusan tapi punya niat yang lain, tersenyum agar dagangannya laris, tersenyum untuk memberikan pelayanan yang baik bagi customer agar tidak kecewa (karena sudah membayar mahal), tersenyum agar dapat pujian dari lawan jenis, tersenyum agar dibilang ramah. Dan senyum yang bukan sedekah hanya bisa tersenyum untuk orang-orang tertentu saja.

Misalnya, dia bisa tersenyum kepada atasannya tidak kepada bawahannya (karena tidak memberi pengaruh apa-apa), ia hanya mampu tersenyum hanya kepada yang sama-sama kaya, sama-sama punya jabatan, sama-sama terkenal sedangkan kepada yang miskin, yang tidak punya jabatan dan yang tidak berpendidikan senyum itu menjadi mahal dan sulit untuk dilakukan kalaupun dilakukan bisa jadi setengah hati. 
Dan yang saya maksud senyum yang bukan sedekah bisa jadi ia bisa tersenyum manis saat berdagang, saat melayanicustomer dan saat meeting dengan atasan, tetapi kepada anak, suam/istri, pembantu dan sopir yang mestinya yang pertama mendapatkan senyum sedekah menjadi terabaikan.

Sebaliknya senyum sedekah karena diawali dengan ketulusan dimanapun dan kapanpun senyum sedekah mudah terwujud baik saat bekerja melayani customer, saat meeting dengan atasan atau saat bertemu anak, suami/istri, pembantu dan sopir tak ada perbedaan. 
Tentu yang saya maksud senyum sedekah disini adalah keberadaan kita dimanapun membuat orang ada di dekat kita merasa tentram, tenang dan tidak ada jarak walaupun ada perbedaan pendidikan, usia, popularitas dan status sosial.

Semoga kita bisa merealisaiskan makna ayat “ukuran kemulian pada ketakwaan (bukan keduniaan)” dan juga makna ayat “kita hadir untuk memberi rahmat bukan laknat.”
Oleh : Ustadzah Nurjanah Hulwani