Medan. Kemenangan Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar
dalam Pemilukada Jawa Barat, Minggu (24/2) menjadi fenomena menarik di
tengah terpaan badai politik PKS. Seperti diketahui, PKS adalah partai
pendukung pasangan nomor urut 4 tersebut. Kemenangan PKS di bumi
parahiyangan diprediksi akan menginspirasi PKS untuk kembali berjaya di
Sumatera Utara. Dalam pilkada kemarin, Aher-Deddy secara mengejutkan
memenangkannya hanya dengan satu putaran. Berdasarkan pola hitung cepat
(quick count) oleh beberapa lembaga survey, pasangan ini unggul dari 4
kandidat lain dengan perolehan suara lebih dari 32 persen.
Hasil
perolehan quick count Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, merilis
pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar keluar sebagai pemenang. Aher
mengantungi 33,21 persen suara, disusul Rieke 27,37 persen, dan Dede
25,39 persen.
Pengamat politik FISIP USU Ahmad Taufan Damanik
menjelaskan, kemenangan Aher membuktikan para pemilih cenderung punya
perspektif sederhana untuk menentukan pilihannya. Dalam pemilukada, yang
menjadi perhatian utama dari calon pemilih adalah sosok pribadi
kandidat, juga track record kandidat selama ini, terutama di dalam
pemerintahan.
Cenderung memilih
Masyarakat
tambahnya akan cenderung memilih dengan perspektif yang sederhana saja,
misalnya apa yang sudah dibuat kandidat selama ini, bagaimana
kepribadiannya apakah dia relijius, dekat dengan masyarakat, santun dan
lain-lain,” kata Taufan.
Demikian pula masyarakat sudah sangat
menyadari betapa bahayanya money politik, sehingga pasangan yang
membagi-bagi uang pada masa pencoblosan akan rugi 2 kali, yaitu uang
yang dibagi diterima tapi coblosan diberikan kepada kandidat yang sudah
berbuat.
“Mengenai partai pendukung, saya kira tidak terlalu
mempengaruhi karena masyarakat juga memiliki penilaian yang sama
terhadap semua partai. Karena itu, di berbagai survey juga terlihat,
pemilih partai A atau B di Pemilu legislatif, ternyata tidak sepenuhnya
memilih calon kepala daerah yang diajukan partai tersebut,” ujarnya.
Taufan
menambahkan, fenomena di Jawa Barat menunjukkan masyarakat lebih
melihat sosok dan track record kandidat, bukan partai pendukung.
Fenomena ini juga diakibatkan kondisi partai yang cukup berjarak dengan
masyarakat pemilih.
Jadi, apa pun yang dialami partai tidak
terlalu berpengaruh kepada pemilih, kecuali partai-partai tertentu yang
memiliki ideologi dan basis yang memang dibangun sejak awal, maka
pemilih partai tersebut malah tetap akan memilih calon dari partai
tersebut, meski pun ada masalah di partai tersebut.
Kemenangan
kandidat yang diusung PKS di Pemilukada Jawa Barat menurut Taufan juga
bakal berimbas kepada Pemilukada Sumatera Utara. Masyarakat masih tetap
akan memilih kandidat incumbent Gatot Pujo Nugroho, karena kandidat ini
terbukti sangat popular dan punya elektabilitas tinggi di masyarakat
sejauh ini.
“Prediksi saya, kemenangan PKS di Jawa Barat akan
kembali terulang di Sumatera Utara. Sebab kandidat mereka Gatot Pujo
Nugroho juga sangat disukai masyarakat dan terbukti punya kinerja
bagus,” pungkasnya.