8 November 2013

Anis Matta: Indonesia Perlu Pemimpin yang Mampu Menangkap Ruh Zaman



MALANG - Sejak bergulirnya era reformasi, Indonesia belum sepenuhnya bangkit dari keterpurukan. Langkah kebangkitan Indonesia seakan terseok-seok menghadapi tantangan zaman.
Untuk bangkit dan tinggal landas saat ini, Indonesia memerlukan kehadiran pemimpin baru yang mampu menangkap semangat dan ruh zaman. Hal itu menjadi syarat kebangkitan.

Hal itu disampaikan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta dalam pidatonya di acara Dialog Kebangsaan bertema 'Dari Kampus untuk Negeri: Mencari Pemimpin Bangsa' di GOR Pertamina, Universitas Brawijaya, Malang, Rabu (6/11/2013).

"Dia wajib memahami secara mendalam nafas tahapan sejarah Merah Putih yang telah dan sedang bergulir kini," jelas Anis.

Anis lalu menjelaskan, sejarah Indonesia telah menjalani tiga tahapan besar. Pertama, perjalanan 'menjadi Indonesia' pada abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20.

Kedua, masa kemerdekaan hingga era reformasi. "Inti gelombang kedua adalah perdebatan mencari sistem yang kompatibel dengan sejarah dan kondisi kekinian. Sementara memasuki tahun politik 2014, kita menghadapi gelombang sejarah baru (ketiga)," tukas Anis Matta.

Tantangan gelombang ketiga dimaksud, menurut mantan wakil ketua DPR ini, sangat berbeda dengan dua ruas perjalanan sejarah bangsa sebelumnya. Misalnya, setelah Orde Reformasi berhasil menghadirkan sejumlah keseimbangan, antara lain relasi negara dan agama, kesejahteraan dan kebebasan, serta demokrasi dan pembangunan. Sementara Indonesia pada gelombang ketiga ini berhadapan dengan kondisi baru.

"Pendorong utama perubahan kini dan ke depan adalah dari dalam, bukan lagi dipicu oleh kolonialisme (gelombang pertama) dan perang dingin ideologi (gelombang kedua). Kini kita di-drive secara signifikan oleh komposisi demografi yang belum pernah terjadi dalam sejarah bangsa kita," paparnya.

Diungkapkan, penduduk Indonesia kini memiliki 'the new majority'. Mereka kelompok produktif dan mapan berusia 45 tahun ke bawah yang jumlahnya mencapai 60 persen populasi kita. Mengutip pakar ekonomi, Anis menyebut fakta ini sebagai 'bonus demografi' (deviden demografi)

Anis menegaskan, kelompok mayoritas tersebut menuntut sosok pemimpin yang sama sekali berbeda dibanding tokoh bangsa terdahulu. Mereka 'melek' politik, sehingga tidak mudah dimobilisasi sebagaimana hal itu terjadi di masa lalu.

"Ruh zaman itu harus mampu ditangkap pemimpin bangsa ke depan," pungkas Anis Matta.

Dalam dialog tersebut, turut hadir sebagai pembicara yaitu Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Gubernur Sulawesi Selatan yang juga Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi se-Indonesia Syahrul Yasin Limpo, dan Direktur Pol Tracking Institute Hanta Y.


Sumber: pks.or.id