Anggota Komisi X Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI Ledia Hanifa Amaliah |
Jakarta (27/01) -- Ujian Nasional (UN) 2020 ditegaskan Mendikbud menjadi UN terakhir sebelum berganti menjadi evaluasi bermodel asesmen kompetensi minimum dan survei karakter yang dilakukan saat siswa berada di tengah jenjang pendidikan, yakni di kelas IV, VIII, dan XI. Meski merupakan ujian “penutupan” anggota Komisi X Ledia Hanifa meminta pemerintah tetap mempersiapkan Ujian Nasional ini secara sungguh-sungguh.
“Selama ini Ujian Nasional, Baik Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) Serta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) masih belum berjalan mulus, ada saja hambatannya. Makanya meski UN 2020 ini merupakan ujian nasional terakhir, saya berharap persiapannya tetap diupayakan secara maksimal,” ujar Ledia.
Hambatan teknis dan sosial terkait ujian nasional memang masih kerap mengemuka. Soal yang terhambat, rusak, tertukar masih terjadi pada model UNKP. Sementara perangkat ujian yang tidak memadai, baik dari sisi jumlah maupun kualitas, jaringan listrik dan internet yang tidak stabil, masih banyak dikeluhkan sekolah-sekolah penyelenggaran UNBK. Dan diatas semua itu kejadian bocoran soal ujian kerap menodai semangat ujian nasional yang seharusnya dilaksanakan atas dasar kejujuran siswa, guru dan tenaga kependidikan lain.
“Persoalan-persoalan yang kerap mengemuka dalam Ujian Nasional ini harus dihilangkan sampai kalau bisa mencapai titik nol. Apalagi untuk wilayah Indonesia yang berada di pedesaan, pedalaman. Soal kelengkapan dan distribusi soal, ketersediaan perangkat komputer dan kepastian jaringan listrik dan internet semestinya bisa diantisipasi sejak sekarang, dalam waktu yang hanya tersisa dalam hitungan dua tiga bulan,” kata Ledia.
Aleg Fraksi PKS ini memahami bahwa persiapan ujian ini mungkin terasa lebih berat bagi sekolah yang tengah memiliki banyak PR terutama terkait perubahan-perubahan mendasar dalam regulasi kependidikan.
“Aturan Sistem Zonasi, persiapan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pastilah memakan banyak energi dari pihak sekolah. Apalagi dengan tantangan untuk mempersiapkan perubahan sistem evaluasi bagi siswa yang akan berlaku mulai 2021. Namun sekali lagi, persiapan UN tak boleh menjadi terlemahkan. Jangan sampai ada pikiran; ah, santuy saja. tahun depan toh udah nggak ada lagi... tapi justru bagaimana bisa mempersiapkan agar UN terakhir ini justru ditutup dengan skor penyelenggaraan dan skor integritas terbaik,” pungkas Ledia.