BANDUNG (10/10) – Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman mengajak partai politik yang lain untuk membenahi sistem kaderisasi di partai masing-masing. Kaderisasi yang baik di dalam partai politik dapat mencegah politik biaya tinggi (high cost politics).
“Sistem kaderisasi yang bagus adalah modal dasar menghindari politik biaya tinggi. Perbaikan sistem kaderisasi ini merupakan syarat utama penerapan sistem proporsional tertutup agar dapat berjalan dengan baik,” kata Sohibul Iman di Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-4 PKS Dewan Pimpinan Wilayah (Jawa Barat) di Bandung, Sabtu (10/10/2015).
Sohibul Iman menekankan, perbaikan lanskap politik nasional harus dimulai dari internal partai politik dengan membangun sistem kaderisasi yang mampu menghasilkan pemimpin yang hebat.
“Sistem kaderisasi yang bagus akan meminimalisir hadirnya para penumpang gelap yang hanya datang menjelang momen politik lalu melakukan transaksi dengan pimpinan partai untuk mendapat nomor topi,” tegasnya. Mantan wakil ketua DPR ini juga mengungkapkan kegelisahan para politisi melihat kondisi perpolitikan nasional yang sudah terjerumus ke praktik politik biaya mahal.
“Tahun lalu hanya kami PKS dan PDIP yang memperjuangkan sistem proporsional tertutup. Tapi saya dengar langsung akhir-akhir ini, hampir semua partai politik kapok dengan praktik politik biaya tinggi,” ungkapnya.
Jika mengacu pada konstitusi kita, lanjut Sohibul Iman, seharusnya peserta pemilu itu adalah partai politik bukan orang per orang. Berbeda dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang memang berkompetisi sebagai masing-masing individu.
Rotasi Kepemimpinan
Pada kesempatan pidato politiknya, Sohibul Iman juga mengungkapkan salah satu rahasia mengapa proses pergantian kepemimpinan di PKS relatif lancar dan mulus tanpa gejolak.
“PKS itu telah menerapkan pola kepemimpinan 360 derajat yang artinya setiap kader berkontribusi tidak terkait pada posisi. Kami menerapkan sistem kepemimpinan yang berbasis pada peran dan fungsi. Jadi di manapun posisinya, setiap kader akan menjalankan fungsi kepemimpinannya,” ungkap Sohibul Iman.
Dalam PKS dikenal dua jalur kontribusi yakni jalur politik struktural dan kultural. Bagi yang tidak mendapat peran di struktur partai dakwah dapat mengembangkan diri di jalur dakwah kultural.
“Atas keyakinan tentang posisi jabatan dan posisi inilah yang membuat peralihan kekuasaan di PKS tidak banyak muncul gejolak. Meski tak punya jabatan struktural, para kader mampu mengembangkan diri di jalur kultural. Sama-sama mulianya. Lapangan kultural bahkan jauh lebih luas dibanding struktural,” jelas Iman.
Lanskap Ekonomi dan Sosial
Di ujung pidatonya, Sohibul Iman menggambarkan kondisi ekonomi nasional yang kurang menggembirakan sehingga perlu segera diwujudkannya kemandirian ekonomi.
“Tapi dalam kondisi sangat sulit ini PKS mengusulkan adanya bantuan dalam bentuk uang tunai. Ini memang bukan pilihan terbaik untuk meningkatkan daya beli rakyat. Tapi harga premium dan kenaikan harga listrik benar-benar telah membebani rakyat,” kata Sohibul Iman.
Selain lanskap ekonomi, doktor teknik lulusan Jepang ini juga mengingatkan ikatan sosial masyarakat juga perlu diperkuat sehingga masyarakat tidak gampang disulut oleh isu-isu SARA dan tak jelas.
Indonesia adalah sebuah negara yang telah terbukti berhasil selama 70 tahun menjaga kesatuan dan persatuan meski terdiri dari ratusan suku yang secara jumlah dan variasi budayanya sepadan dengan bangsa di daratan Eropa.
“Oleh karena itu saya mendorong para kader PKS untuk menjadi agen kohesi sosial di tengah masyarakat. Kader PKS harus mampu menjadi perekat anak-anak bangsa dan menghindari terjadinya gejolak yang merugikan masyarakat,” pungkas Iman.
Keterangan Foto: Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman saat menyampaikan pidato politiknya di Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-4 PKS Dewan Pimpinan Wilayah (Jawa Barat) di Bandung, Sabtu (10/10/2015).