Oleh: Istrini Dwi Hastuti
Staff BPKK DPD PKS Boyolali
Sebelumnya mari kita tengok
sejenak arti kata Ibu dalam berbagai referensi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, secara etimologi, Ibu adalah seseorang yang telah melahirkan
seseorang atau sebutan untuk seorang wanita yang telah memiliki suami atau
panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami ataupun belum.
Sedangkan secara terminologi
ada beberapa arti kata ibu. Pertama, menurut Alex
Sobur dalam bukunya “Anak Masa Depan” , ibu adalah orang pertama yang
dikejar oleh anak; perhatian, pengharapan dan kasih sayangnya, sebab ia
merupakan orang pertama yang dikenal oleh anak, ia menyusukannya dan ia
mengganti pakaiannya. Kedua, Abu Al’aina Al Mardhiyah dalam bukunya “Apakah
Anda Umi Shalihah?” bahwa ibu adalah status mulia yang pasti akan disandang
oleh setiap wanita normal. Ibu merupakan tumpuan harapan penerus generasi, di
atas pundaknya terletak suram dan cemerlangnya generasi yang akan lahir.
Kata ibu memiliki arti yang syarat
dengan peran mulia yang harus di-ejawantahkan oleh setiap orang yang telah
menyandangnya. Sehingga menjadi seorang ibu memang perlu belajar, bukan hanya
seperti air yang mengalir atau ya sudah sesuai waktu saja jika datang masanya
maka lakukan saja. Seperti ibu yang diartikan
sebagai tumpuan harapan generasi penerusnya dan ikut menentukan suram dan cemerlangnya
sebuah generasi. Dengan dua kalimat ini saja akan banyak kita urai apa
sebenarnya yang harus dilakukan seorang ibu dalam menyiapkan masa depan Islam
pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya.
Penyiapan itu tentunya berawal
sejak anak itu ada dalam diri sang ibu, -bahkan penyiapan generasi terbaik
dimulai dari pemilihan pasangan hidup-. Setelah dilahirkan dan menjadi anak,
maka seorang anak belajar dari modelling apa yang dilihatnya, dan orang tua
(ayah dan ibu) memikili peran sebagai model yang akan ditiru anak-anaknya.
Namun jika memang orang tua mempercayakan pengasuhan anaknya kepada orang lain
maka hendaknya diberikan kepada orang yang mampu menjadi model kebaikan dan
tentunya orang tua tidak boleh kehilangan sosok model itu sendiri bagi anak.
Perang modelling ini berlanjut sampai anak menjadi manusia dewasa yang
bertanggungjawab.
Ibu adalah pentransfer
kebaikan budi pekerti, pemikiran dan keagamaan yang terbukti handal.
Menyebutkan peran ibu seolah menyadarkan diri sendiri, antara lain memberikan
kasih sayang dan perhatian tidak hanya sebatas kepada anak namun kepada
keluarga sehingga keluarga menjadi tempat paling nyaman untuk setiap anggotanya.
Memiliki wawasan luas sehingga mampu memberikan benteng keilmuan bagi
anak-anaknya dalam menghadapi kehidupannya kelak. Memberikan kesempatan bermain
dengan permainan yang memuat unsur pendidikan moral dan spiritual. Memberikan
bekal kepada anak untuk memiliki jiwa sosialisasi masyarakat yang baik.
Menanamkan ghirah (semangat) dalam mendalami agama dan menjadikannya sebagai
tolok ukur kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat kelak.
Peran-peran itu tidak akan
mungkin didapat secara simsalabim dalam diri seorang ibu, maka ibu perlu
menimbang kelebihan dan kekurangannya kemudian menjadikan apa yang ada dalam
dirinya menjadi senjata untuk melakukan peran-perannya tersebut. Pantang
menutup mata dengan keadaan generasi penerusnya kelak sehingga seorang ibu akan
selalu mengasah kemampuan diri.
Lalu Sudah Baikkah Aku
Untukmu, Ibu?
Tak terelakkan sudah
kebaikanmu ibu
Setiap jerih dan
payahmu membersamaiku
Ibu.. darah dan peluh
keringatmu adalah saksi kesungguhanmu
Dalam melaksanakan
amanah dari penciptaMu
Menjagaku dalam
kebaikanmu sebagai jalan kebaikanNya
Untukku..
Begitulah
mungkin yang bisa terungkap dari setiap anak atas karunia ibu yang telah
menjaganya dengan kasih sayang tertinggi, pengorbanan terbesar dan penjagaan
yang kuat. Belum hal lain yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata atau tak
terbalas dengan tindakan. Kata pepatah “kasih ibu sepanjang jalan, kasih
anak sepanjang galah”.
Cinta
tanpa syarat seorang ibu yang dengan dua
tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, memiliki pelukan yang
dapat menyembuhkan sakit hati dan kerisauan. Air matanya adalah salah satu
caranya menunjukkan kegembiraan, kerisauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan
kebanggaan. Bahunya cukup kuat untuk menopang dunia namun cukup lembut untuk
memberikan kenyamanan dan dia memiliki kekuatan untuk menyokong suaminya dalam
kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi
hatinya.
Kemudian
meletakkan bakti kepada ibu setelah berbakti kepada Allah dan RasulNya, dan
disebutkan dalam banyak ayat al-Quran bahwa jangan menyekutukan Allah lalu
berbuat baiklah kepada Ayah dan Ibu. Begitu mulianya kasih sayang orang tua sehingga
berbakti kepadanya akan membawa kebaikan untuk kita diantaranya merupakan amal
yang paling utama setelah shalat 5 waktu dan jihad di jalan Allah, mendapatkan
ridhoNya, menghilangkan kesulitan yang dialami, dan mendapat balasan jannahNya.
Jangan lupa bertanya kepada ibu dan sampaikan rasa
terima kasih dengan kata-kata dan perilaku berbakti. Karena berbaktinya kita
adalah bahagianya mereka, menghapus peluh pengorbanannya dan lelah keras usahanya untuk kita. Walaupun hanya sepanjang galah kata pepatah namun
sepanjang hayat kita dedikasikan untuk ibu kita.