1 Oktober 2017

Hari Kesaktian Pancasila, Sejarah yang Monumental

 
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman di sela-sela PR Summit DPP PKS di Yogyakarta, Jumat (29/9). (El Mahmudi-Daru/PKS Foto)

Yogyakarta (29/9) -- Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober adalah hari yang sangat monumental dalam sejarah bangsa Indonesia.
Hal itu diungkapkan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela PR Summit 2017 DPP PKS di Yogyakarta, Jumat (29/9/2017).
Sohibul menerangkan, masyarakat perlu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa sejarah perjalanan bangsa. Sohibul menekankan, mengenang peristiwa sejarah, tidak perlu menimbulkan friksi dan permusuhan di tengah masyarakat.
"Mengambil pelajaran dari sejarah bangsa, tidak dalam posisi memusuhi si A atau si B, kita tak ada pretensi mengklaim atau menyudutkan orang, tapi mengambil fakta sejarah," ujar Sohibul.
Sohibul mengimbau kader dan juga masyarakat, agar mengikuti imbauan pemerintah untuk mengibarkan bendera setengah tiang pada 30 September esok, sebagai tanda berkabung dan memasang bendera tiang penuh pada 1 Oktober.
Soal isu kebangkitan PKI, merujuk Tap MPRS no 25 tahun 1996, negara kita masih melarang berdiri PKI. Namun, berhubungan dengan pihak-pihak seperti anak keturunan yang terlibat PKI harus dengan rasa kemanusiaan dan hak asasi.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP PKS Mustafa Kamal mengatakan, PKS mendukung program yang diprakarsai Tentara Nasional Indonesia (TNI), untuk melaksanakan kegiatan peringatan peristiwa 30 September dengan nonton bersama (nobar) film Pengkhianatan G30S PKI.
"Kegiatan itu telah disetujui Pemerintah Indonesia, terutama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan. PKS pun setuju dan ikut mengimbau struktur, kader, serta simpatisan untuk ikut mendukung segala kegiatan peringatan G30S PKI," ujar pria berkacamata itu.
Selain nobar, Mustafa juga menyarankan ada diskusi untuk membahas film bersama narasumber, baik dari kalangan akademisi, saksi sejarah, atau pakar lainnya.
"Pembahasan ini diperlukan, untuk dapat memperkuat pemahaman masyarakat, atas fakta pengkhianatan dan kekejaman Komunis di Indonesia," pungkasnya.