Saat itu, penduduk Mesir terbagi menjadi dua bagian, Bani Israil dan
Koptik. Musa as. dari kalangan Bani Israil; sedangkan Fir’aun dari
kalangan Koptik. Orang-orang Bani Israil hidup dalam penindasan Koptik
yang berkuasa saat itu.
Kebanyakan Bani Israil dieksploitasi untuk
kerja-kerja kasar dan berat, atau dengan kata lain mereka telah menjadi
budak. Sebelumnya, di zaman Nabi Yusuf as., Mesir berada dalam
penjajahan pihak asing sehingga tidak mengherankan jika kaum pendatang
mendapatkan banyak keistimewaan untuk melemahkan posisi pribumi.
Sedangkan mendekati masa kehidupan Nabi Musa as., pribumi berhasil
kembali berkuasa. Maka tiba saatnya kaum pendatang berbalik menjadi kaum
yang tertindas.
قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا
“Kaum Musa berkata: “Kami telah ditindas (oleh Firaun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang.” [Al-A’raf: 129].
Disebutkan juga beberapa bentuk penderitaan Bani Israil:
إِنَّ
فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ
طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ
إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
“Sesungguhnya Firaun telah
berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah
belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” [Al-Qashash: 4].
Dalam
sebuah perbincangan dengan para pejabat pemerintahan, Fir’aun teringat
dengan janji Allah swt. kepada Nabi Ibrahim as. bahwa di antara
keturunannya akan ada yang menjadi nabi sekaligus raja. Ada beberapa
pejabat yang berkata, “Orang-orang Bani Israil sedang menunggu-nunggu
janji tersebut. Mereka sama sekali tidak meragukannya. Awalnya, mereka
mengira janji itu terwujud dengan diutusnya Yusuf as. Tapi setelah
beliau wafat, mereka yakin bahwa bukan Yusuf as. yang dijanjikan Allah
swt.” Maka Fir’aun pun bertanya, “Lalu apa pendapat kalian?”
Fir’aun
ingin tahu bagaimana cara menjaga kekuasaannya dari ancaman datangnya
seorang nabi dan raja dari kalangan Bani Israil. Setelah bertukar
pendapat, mereka pun bersepakat untuk menyebarkan petugas, berkeliling
di kantong-kantong Bani Israil. Kalau didapati ada bayi laki-laki, maka
harus segera dibunuh. Hanya bayi laki-laki yang mereka bunuh karena
seorang nabi harus berkelamin laki-laki. Tidak ada nabi perempuan.
Akan
datang Musa, janji Allah swt. yang disampaikan nabi Ibrahim as. Saat
itu, nabi yang dijanjikan Allah swt. hanyalah seonggok bayi yang tidak
tahu apa-apa, tidak bisa apa-apa. Kepada makhluk kecil inilah sebenarnya
ketakutan Fir’aun, padahal dia telah mengaku dirinya sebagai Tuhan yang
berkuasa melakukan apa saja.
Sungguh hanya kekuasaan Allah swt.
yang bisa melakukannya. Karena hati manusia berada di antara dua jemari
Allah swt. Dengan mudahnya, dibolak-balikkan. Seorang Fir’aun yang
sangat berkuasa bisa terganggu dan merasa terancam dengan seorang bayi
kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya Allah swt. lah yang
berkuasa memberi bayi itu kekuatan. Allah swt. Maha Kuat, Maha
Berkehendak, Maha Mengatur segalanya.
Setelah beberapa tahun
pemberlakuan politik ini, mereka tidak menyadari bahwa kalangan tua Bani
Israil banyak yang meninggal dunia karena faktor usia; sedangkan
kalangan anak kecil meninggal karena dibunuhi. Ada beberapa pejabat yang
menyampaikan kekhawatiran, “Politik yang kita jalankan sebentar lagi
akan membuat Bani Israil punah. Kalau mereka punah, maka kalian harus
kembali mengerjakan tugas-tugas keras dan berat yang sebelumnya mereka
kerjakan. Maka sebaiknya, tidak setiap tahun politik ini diberlakukan.
Satu tahun dijalankan; satu tahun tidak. Kalau demikian, maka anak-anak
yang dibiarkan tumbuh besar akan menggantikan orang-orang tua yang
meninggal dunia. Kalian akan bisa mengendalikan jumlah mereka, sehingga
tidak akan melebihi jumlah kalian, dan juga tidak akan punah.” Mereka
pun sepakat dengan jalan keluar ini.
Melahirkan Musa
Ibunda
Musa as. mengandung Harun pada tahun tidak diberlakukannya pembunuhan
anak sehingga beliau tidak perlu menyembunyikan kehamilannya. Kemudian
beliau mengandung Musa pada tahun diberlakukannya pembunuhan anak
sehingga beliau merasa sangat sedih dan takut.”
Saat itu suasana
sangat mencekam dan menakutkan. Banyak orang dibunuh atau terpaksa
melarikan diri mencari keselamatan. Tahun itu adalah tahun
diberlakukannya politik pembunuhan bayi laki-laki. Saat itu sangat
nampak kekejaman Fir’aun dan para pendukungnya dari kalangan Koptik.
Penderitaan Bani Israil tersebut digambarkan Al-Qur’an dalam banyak
ayat.
وَإِذْ
نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ
يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ
بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Kami
selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka
menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih
anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang
perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar
dari Tuhanmu.” [Al-Baqarah: 49].
Selain dari kalangan
tertindas, keluarga Musa termasuk keluarga yang sangat miskin dan lemah.
Ibu Musa adalah wanita biasa, yang tidak mempunyai rencana bagaimana
menyelamatkan anaknya. Oleh karena itu hatinya selalu berdebar dan
bersedih meratapi nasib bayi kecilnya nanti. Bagaimana mungkin beliau
bisa menyelamatkannya dari kekejaman Fir’aun dan para jagalnya. Tidak
bisa digambarkan suasana hati beliau saat itu. Seluruh bagian dirinya
turut merasa takut dan mengkhawatirkan keselamatan anaknya.
Namun
Allah swt. memberikan ilham yang membuatnya hatinya lebih teguh, kuat,
tenang, dan yakin dengan pertolongan dari Allah swt. Allah swt. juga
menunjukkan jalan untuk menyelamatkan bayinya. Beliau diperintahkan
untuk menyusuinya dengan tenang, lalu memasukkannya ke dalam kotak untuk
melarungkannya di sungai Nil jika khawatir akan diketahui pasukan
Fir’aun. Ketika melarungkan anaknya, hendaknya merasa yakin dengan
pertolongan Allah swt., dan menyerahkan semuanya kepada Allah swt.
Karena saat itu, Musa berada dalam perlindungan Allah swt. yang Maha
Menciptakan, Memberi Rezeki, dan Memberi Kehidupan.
وَأَوْحَيْنَا
إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ
فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ
وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu
Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para
rasul.” [Al-Qashash: 7]
Dalam ayat ini terdapat dua janji Allah swt.:
Pertama,
janji yang dekat. Allah swt. akan menyelamatkan Musa dan
memulangkannya. Bahkan beliau akan menerima upah menyusui anaknya
sendiri. Allah swt. mempunyai caranya sendiri untuk memulangkan Musa
sehingga hidup dengan aman dengan ibunya.
Kedua, janji yang
jauh. Allah swt. akan menjadikan Musa sebagai seorang rasul. Ini
berarti Musa akan hidup hingga dewasa dan menjadi seorang nabi. Bahkan
Musa akan dapat mengalahkan Fir’aun seperti disebutkan sebelumnya.
وَنُرِيدُ
أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ
أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ. وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي
الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا
كَانُوا يَحْذَرُونَ.
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada
orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan
mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),
dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami
perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu
mereka khawatirkan dari mereka itu.” [Al-Qashash: 5-6].
Sungguh
janji yang sulit dipercaya. Musa sudah hanyut dibawa arus sungai yang
dalam dan panjang. Mana mungkin dia bisa selamat. Walaupun demikian,
kalau seseorang beriman kepada Allah swt., dia pasti akan meyakini bahwa
Allah swt. tidak akan memungkiri janji-Nya.
Seorang ibu dengan
penuh cinta menyusui anaknya, lalu bagaimana perasaannya ketika dia
memasukkannya ke dalam kotak? Apa yang dirasakannya ketika kotak itu
dilepaskan ke sungai, bergoyang-goyang terkena gelombangnya, kadang
berputar-putar di pusarannya? Iman kepada Allah swt. benar-benar
melahirkan keyakinan; keyakinan melahirkan keberanian.
Setelah
melepas kepergian anaknya, hati ibu Musa pun terus memikirkannya. Inilah
manusia, yang lemah dan kadang bisa berubah-ubah keadaannya. Kalau
tanpa taufiq dan hidayah dari Allah swt., tentu dia akan bertindak yang
ceroboh yang bisa membahayakan anaknya sendiri. Namun Allah swt.
menguatkannya sehingga tetap yakin dengan pertolongan Allah swt. Beliau
hanya memerintahkan kakak perempuan Musa untuk mengikuti secara
sembunyi-sembunyi ke mana Musa pergi.
وَأَصْبَحَ
فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ
رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. وَقَالَتْ
لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ.
“Dan
menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia
menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya,
supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan
berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: “Ikutilah dia”
Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak
mengetahuinya.” [Al-Qashash: 10-11].
Musa Selamat; Tanda Kekuasaan Allah swt.
Allah
swt. yang memelihara seorang bayi di dalam rahim ibunya. Dan Allah swt.
jugalah yang memeliharanya setelah lahir. Allah swt. memberinya
petunjuk, menyiapkan rezekinya, dan menyiapkan orang yang akan
menjaganya dari segala bahaya. Bahkan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya,
Musa akan dipelihara oleh Asiyah, istri Fir’aun sendiri. Dengan kata
lain, dia akan tumbuh berkembang bersama Fir’aun, orang yang selama ini
sebenarnya ingin mengeyahkannya dari kehidupan.
Di antara kekuasaan Allah swt. pada peristiwa ini:
Pertama,
Allah swt. menyelamatkan Musa dari tenggelam di sungai. Itu karena
semua makhluk adalah tentara Allah swt. Jika Allah swt. memerintahkan,
mereka selalu dalam kondisi siap melaksanakan tugasnya. Kalau tidak
demikian, bagaimana mungkin kotak itu sampai ke alamat dengan tepat? Air
sungai adalah tentara Allah swt. yang diperintahkan-Nya mengantar Musa
ke istana Fir’aun. Nantinya air jugalah yang akan diperintahkan Allah
swt. untuk membinasakan Fir’aun. Air keselamatan, air kebinasaan.
وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Al-Fath: 7].
Kedua,
Allah swt. menyiapkan keluarga Fir’aun untuk memungut dari sungai Nil
sehingga selamat dari tenggelam. Padahal mereka adalah musuh yang
menunggu-nunggu waktu untuk membunuhnya.
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ
“Maka
dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh
dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta
tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.” [Al-Qashash: 8].
Ketiga,
Allah swt. menumbuhkan rasa cinta di hati istri Fir’aun kepada bayi
tersebut. Padahal suaminya adalah raja yang sangat kejam. Istri Fir’aun
tersebutlah yang nantinya akan menjadi pelindung Musa dari segala bahaya
yang mengancamnya. Karena Fir’aun sebenarnya tidak setuju dengan
keputusan istrinya mengambil dan mengadopsi bayi tersebut.
وَقَالَتِ
امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى
أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Dan
berkatalah istri Firaun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan
bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada
kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.” [Al-Qashash: 9].
Keempat,
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa istri Fir’aun membawa Musa ke
beberapa wanita untuk disusui. Namun tidak ada yang bisa menyusuinya.
Hingga datanglah saudara perempuan Musa yang sebelumnya diperintahkan
ibunya untuk mengikuti perkembangan kabar Musa. Maka saat itu, dia
menawarkan kepada istri Fir’aun untuk mencarikan wanita yang cocok untuk
menyusuinya.
وَقَالَتْ
لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ.
وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ
أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ
نَاصِحُونَ.
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang
perempuan: “Ikutilah dia” Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh,
sedang mereka tidak mengetahuinya, dan Kami cegah Musa dari menyusu
kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka
berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlulbait
yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik
kepadanya?” [Al-Qashash: 11-12].
Hal tersebut dikehendaki dan diatur Allah swt. agar Musa pulang dan bertemu dengan ibunya lagi.
فَرَدَدْنَاهُ
إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ
وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka
Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak
berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah
benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” [Al-Qashash: 13].
Demikianlah,
ketika sudah berjanji, Allah swt. pasti akan menepatinya. Segala yang
dikehendaki Allah swt. pasti akan terwujud. Kewajiban manusia hanya
mengimani kehendak Allah swt. dan bertawakal kepada-Nya.