Kudus - Banjir yang melanda kawasan pantura Jawa Tengah,
seperti Kudus, Pati dan Jepara tak pelak membuat warga setempat
mengalami kerugian materi yang tidak sedikit. Di jalur utama kudus,
banjir yang terjadi sejak empat hari lalu bahkan membuat jalur utama
putus. Ketinggian air yang menggenangi jalanan utama menuju Surabaya
tersebut sekitar 1 meter dan menyebabkan kendaraan tidak bisa
melaluinya.
Alhasil, warga setempat pun banyak mengalami kerugian akibat musibah yang terjadi sejak selasa (21/1/2014) lalu ini.
Selain materi, warga kudus, Pati dan Jepara pun terisolir akibat banjir
besar ini. Mereka yang hendak pergi ke Semarang diminta mengurungkan
niatnya oleh sebuah papan pengumuman dari pemerintah setempat.
Pun
demikian dengan para supir truk yang harus hidup berhari – hari
diantara kemacetan jalur pantura Kudus. Tercatat antrean kemacetan truk
dan kendaraan lainnya yang hendak pergi ke Jawa Timur mencapai 5 km.
Begitu
juga dengan antrean SPBU di Kudus, Pati dan Jepara yang menyemut,
ditambah lagi harga bensin yang tiba – tiba naik drastis, 10-12 ribu per
liternya. Mal – mal, hotel dan pusat ekonomi di kota Kudus juga tersendat dan untuk beberapa hari ini tidak buka sama sekali, sekali lagi karena banjir.
Sementara,
banjir yang terjadi di Kudus juga membuat beberapa warga memiliki mata
pencaharian baru, jasa sungkruk atau pendorong gerobak. Mereka
menyeberangkan orang yang hendak akan pergi dari Kudus menuju ke luar
kota atau sebaliknya, tentunya dengan imbalan jasa. Satu orang yang
naik seharga 50 ribu, sementara jika nambah satu kendaraan, otomatis
biaya pun akan naik menjadi 100. Jadi 1 0rang plus satu kendaraan
100.000 + 50.000 = 150.000, untuk jarak hanya sekitar 1 Km.
Akibat
banjir, Kudus mendadak menjadi kota mati. Namun tidak dengan enam pria
berkaos orange dan bertuliskan relawan PKS itu. Begitu musibah banjir di
Kudus dan Jepara datang, keenam pria perkasa dari Semarang dan Magelang ini justru cancut taliwondho, segera bergegas melakukan penanganan bencana, terutama ke daerah terisolir seperti di Jepara.
“Hari
pertama kita langsung berangkat dan malam itu juga, selasa malam, kita
langsung melakukan evakuasi terhadap korban banjir di Jepara, tepatnya
di Welahan. Di sana ada satu orang nenek yang hampir saja tenggelam,
sehingga kami langsung masuk kerumah nenek tersebut dan melakukan
evakuasi terhadap wanita tua malang itu, “ kenang Amat, salah satu diantara enam pria kekar berhati lembut itu.
Hanya berbekal dua buah perahu karet, satu mobil
ranger Ford dan pakaian terbatas, keenam pria kekar tersebut kemudian
menghiasi hari – hari di Kudus dan Pati dengan evakuasi bencana,
keliling menyelamatkan warga, dan mengirimkan bantuan nasi bungkus yang
dikumpulkan para kader dari Partai Tertentu berlambang dua buah sabit
kembar diapit padi.
Kondisi
medan yang cukup sulit dan suasana yang mencekam di daerah bencana
justru membuat keenam pria yang terdiri dari Ndan Amir (Komandan),
Solikin, Amat, Pratik, Muali dan Rifki ini semakin tambah semangat untuk
melakukan aksi nyata melakukan penanganan bencana.
“Yang
paling menegangkan adalah proses evakuasi longsor di Jepara yang
menewaskan 2 orang. Sayang waktu itu smaprtphone saya harus tercebur air
sehingga belum sempat mengabadikan momen menegangkan tersebut,”
jelasnya.
Dikarenakan
fokus menangani bencana, kata Amat, dia dan teman – temannya bahkan tak
sempat mengurusi keperluan pribadi. “ kita sampai lupa makan, karena
selain hampir semua warung di daerah bencana tutup, kita juga lebih
fokus untuk melakukan evakuasi dan penanganan. Bahkan untuk stok pakaian
pun kita sudah habis sehingga kita menggunakan pakaian ala kadarnya,”
imbuh pria yang sehari – harinya adalah penjual alat – alat computer
ini.
Bagi
Amat dan kelima pria kekar lainnya, saat – saat itu yang terpenting
adalah bagaimana menyelamatkan korban banjir, melakukan penanganan
bencana, melakukan koordinasi dengan warga untuk terus memberikan
bantuan kepada korban. “ Tidak ada yang kami pikirkan kecuali hal itu,
yang terpeting adalah aksi nyata untuk para korban banjir itu,” tegas
Amat.
Memang, keenam pria tersebuta dalah pria kekar berhati lembut. Selamat bekerja dan menolong sesama, Ndan!