25 Januari 2014

Kisah Banjir Jateng dan Enam Pria Kekar Berhati Lembut



Kudus - Banjir yang melanda kawasan pantura Jawa Tengah, seperti Kudus, Pati dan Jepara tak pelak membuat warga setempat mengalami kerugian materi yang tidak sedikit. Di jalur utama kudus, banjir yang terjadi sejak empat hari lalu bahkan membuat jalur utama putus. Ketinggian air yang menggenangi jalanan utama menuju Surabaya tersebut sekitar 1 meter dan menyebabkan kendaraan tidak bisa melaluinya.

Alhasil, warga setempat pun banyak mengalami kerugian akibat musibah yang terjadi sejak selasa (21/1/2014) lalu ini. Selain materi, warga kudus, Pati dan Jepara pun terisolir akibat banjir besar ini. Mereka yang hendak pergi ke Semarang diminta mengurungkan niatnya oleh sebuah papan pengumuman dari pemerintah setempat. 

Pun demikian dengan para supir truk yang harus hidup berhari – hari diantara kemacetan jalur pantura Kudus. Tercatat antrean kemacetan truk dan kendaraan lainnya yang hendak pergi ke Jawa Timur mencapai 5 km. 

Begitu juga dengan antrean SPBU di Kudus, Pati dan Jepara yang menyemut, ditambah lagi harga bensin yang tiba – tiba naik drastis, 10-12 ribu per liternya. Mal – mal, hotel dan pusat ekonomi di kota Kudus juga tersendat dan untuk beberapa hari ini tidak buka sama sekali, sekali lagi karena banjir. 

Sementara, banjir yang terjadi di Kudus juga membuat beberapa warga memiliki mata pencaharian baru, jasa sungkruk atau pendorong gerobak. Mereka menyeberangkan orang yang hendak akan pergi dari Kudus menuju ke luar kota atau sebaliknya, tentunya dengan imbalan jasa. Satu orang yang naik seharga 50 ribu, sementara jika nambah satu kendaraan, otomatis biaya pun akan naik menjadi 100. Jadi 1 0rang plus satu kendaraan 100.000 + 50.000 = 150.000, untuk jarak hanya sekitar 1 Km.

Akibat banjir, Kudus mendadak menjadi kota mati. Namun tidak dengan enam pria berkaos orange dan bertuliskan relawan PKS itu. Begitu musibah banjir di Kudus dan Jepara datang, keenam pria perkasa dari Semarang dan Magelang ini justru cancut taliwondho, segera bergegas melakukan penanganan bencana, terutama ke daerah terisolir seperti di Jepara.

“Hari pertama kita langsung berangkat dan malam itu juga, selasa malam, kita langsung melakukan evakuasi terhadap korban banjir di Jepara, tepatnya di Welahan. Di sana ada satu orang nenek yang hampir saja tenggelam, sehingga kami langsung masuk kerumah nenek tersebut dan melakukan evakuasi terhadap wanita tua malang itu, “ kenang Amat, salah satu diantara enam pria kekar berhati lembut itu. 

Hanya berbekal dua buah perahu karet, satu mobil ranger Ford dan pakaian terbatas, keenam pria kekar tersebut kemudian menghiasi hari – hari di Kudus dan Pati dengan evakuasi bencana, keliling menyelamatkan warga, dan mengirimkan bantuan nasi bungkus yang dikumpulkan para kader dari Partai Tertentu berlambang dua buah sabit kembar diapit padi.  

Kondisi medan yang cukup sulit dan suasana yang mencekam di daerah bencana justru membuat keenam pria yang terdiri dari Ndan Amir (Komandan), Solikin, Amat, Pratik, Muali dan Rifki ini semakin tambah semangat untuk melakukan aksi nyata melakukan penanganan bencana.

“Yang paling menegangkan adalah proses evakuasi longsor di Jepara yang menewaskan 2 orang. Sayang waktu itu smaprtphone saya harus tercebur air sehingga belum sempat mengabadikan momen menegangkan tersebut,” jelasnya.

Dikarenakan fokus menangani bencana, kata Amat, dia dan teman – temannya bahkan tak sempat mengurusi keperluan pribadi. “ kita sampai lupa makan, karena selain hampir semua warung di daerah bencana tutup, kita juga lebih fokus untuk melakukan evakuasi dan penanganan. Bahkan untuk stok pakaian pun kita sudah habis sehingga kita menggunakan pakaian ala kadarnya,” imbuh pria yang sehari – harinya adalah penjual alat – alat computer ini.

Bagi Amat dan kelima pria kekar lainnya, saat – saat itu yang terpenting adalah bagaimana menyelamatkan korban banjir, melakukan penanganan bencana, melakukan koordinasi dengan warga untuk terus memberikan bantuan kepada korban. “ Tidak ada yang kami pikirkan kecuali hal itu, yang terpeting adalah aksi nyata untuk para korban banjir itu,” tegas Amat.

Memang, keenam pria tersebuta dalah pria kekar berhati lembut. Selamat bekerja dan menolong sesama, Ndan!