Semarang (17/6) – Prediksi kemacetan yang terjadi jelang mudik Lebaran 2016 bisa diantisipasi dengan melewati beberapa jalur alternatif mudik di wilayah Jawa Tengah. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi D DPRD Semarang Hadi Santoso di Semarang, Jumat (17/6/2016).
Menurut Hadi, kemacetan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari ritual mudik tersebut. Selain faktor volume yang naik, ada faktor perlintasan sebidang, traffic light, pasar tumpah, dan juga kerusakan prasarana jalan yang menjadi daya dorong terjadinya macet.
Dikatakan Hadi, ada 11 titik rawan kemacetan di Jateng yang harus diwaspadai saat mudik Lebaran 2016. Ke-11 titik itu merata dari wilayah perbatasan Jawa Timur hingga perbatasan Jateng- Jawa Barat. Titik-titik kemacetan itu diakibatkan pasar tumpah, pembangunan jalan yang belum jadi sepenuhnya, banjir dan rob, hingga perbedaan tinggi jalan.
”Tujuh titik rawan macet paling parah diprediksi berada di pantura, yang disebabkan pasar tumpah Losari-Pejagan, Brebes, kemudian penggantian jembatan Kali Pah, Kabupaten Tegal dan penggantian jembatan Sipait, Kabupaten Pekalongan, selanjutnya potensi beda tinggi jalan di Parakan (Temanggung)- Patean, Kendal, kemudian banjir rob di Jalan Kaligawe, Semarang, dan perbaikan jembatan Gelandangan di Blora,” jelas Hadi.
Titik macet lain berada di Salatiga- Kedungjati, Kabupaten Semarang; ruas Magelang-Jrakah- Boyolali; dan Klampok-Purbalingga karena beda tinggi jalan. Adapun di Kebumen dan Cilacap ada titik rawan macet yang disebabkan pekerjaan jalan yang belum selesai.
Hadi menyebut bahwa menghindari kemacetan di jembatan Kali Pah, disiapkan jalur alternatif Tegal-Slawi-Jatinegara-Randudongkal- Bantarbolang-Kebonagung- Pekalongan. Kemudian, alternatif kemacetan di jembatan Sipait, lalu lintas diarahkan ke Wiradesa-Bojong-Sragi-Comal.
”Secara umum, jalur utama pantura sudah baik, tapi masih ada perbaikan. Di titik tertentu perlu rekayasa lalu lintas. Jalur-jalur alternatif dan jalur selatan sebagian masih diperbaiki. Ada beda tinggi jalan dan diantisipasi dengan rambu-rambu. Jalur tengah sudah baik. Jalur lintas selatan, di beberapa lokasi permukaan jalan kurang mulus,” jelas legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah ini.
Gunakan Jalur Selatan
Berbagai persoalan lain, kata Hadi, psikologis pemudik yang seolah enggan memilih alternatif mudik melalui jalur pantai selatan atau jalur selatan-selatan (JSS) dan juga jalur tengah perlu dikaji.
“Persepsi jalur selatan yang sempit, berkelok, gelap, rawan dengan kondisi jalan rusak merupakan persepsi yang selama ini melekat. Pemerintah harus terus mengenalkan dan mensosialisasikan kondisi jalur selatan dan jalur tengah yang saat ini sudah dalam kondisi yang jauh lebih baik,”ujarnya.
Sehingga, kata Hadi, para pemudik perlu mempertimbangkan, jika mudik sebelum H-5 atau jika ada kabar jembatan Sipait belum bisa dipakai, apabila tidak bisa menggunakan transportasi umum serta terpaksa menggunakan jalur darat maka pilihannya adalah keluar dari Tanjung menuju Majenang Cilacap.
“Para Pemudik juga bisa melalui Pejagan-Ketanggungan- Bumiayu-Ajibarang-Wangon, ini merupakan jalur perpindangan dari Pantura ke jalur tengah dan atau jalur selatan yang saat ini cukup siap,”tandasnya.
Beberapa jalan alternatif ini,kata Hadi, terus dipersiapkan oleh Pemerintah dengan terus dilakukan perbaikan sekunder, pemasangan marka, rambu dan penerangan jalan sehingga nanti mampu menjadi pilihan pemudik.
Namun demikian, Hadi menghimbau para pemudik untuk waspada saat melalui jalur alternatif, pasalnya lampu penerangan jalan umum dan rambu-rambu lalu lintas di sejumlah jalur alternatif tersebut masih minim karena keterbatasan anggaran.
"Rambu-rambu pada jalur alternatif ada yang sedang dalam proses pemasangan, namun untuk penerangan jalan umum belum ada semua, seperti di jalur Pubalingga-Randudongkal, sedangkan di jalur Randudongkal-Kesesi sudah ada sebagian yang menyala," pungkasnya.