Solo (24/1) - Pencinta film Indonesia kembali kedatangan film baru hasil adaptasi novel karya Helvy Tiana Rosa, awal tahun ini. Film yang diproduksi sendiri oleh penciptanya itu mengajak aktor Hamas Syahid sebagai pemeran utama.
Hamas bermain sebagai sosok Gagah, putra pertama dan seorang kakak dari adik perempuan bernama Gita (diperankan Aquino Umar). Di dalam film berjudul Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) itu, Gagah diceritakan menjadi idola. Tak hanya punya paras tampan, Gagah juga cerdas, fashionable, taat beribadah, tapi tak kurang pergaulan.
Konflik bermula saat Gagah berniat mengunjungi Ternate untuk menyelesaikan skripsi. Kendati ditentang sang adik, niatan itu tetap terlaksana. Sekembalinya dari Ternate, adegan menampilkan sosok Gagah yang berubah. Menurut Gita, kakaknya tak lagi seasyik dulu. Dia menjadi penganut Islam yang taat, alim, dan meninggalkan kebiasaan lamanya. Gita yang tidak terima dengan perubahan sang kakak, mulai berpergian sendiri. Di saat itulah muncul sosok Yudi (diperankan Masaji Wijayanto), pendakwah keliling bus yang menarik perhatiannya.
Selama kurang lebih dua jam, penonton diajak menyaksikan konflik keluarga yang unik. Bumbu candaan dan kehadiran tokoh-tokoh pelengkap membuat film KMGP mengalir untuk dinikmati semua umur. Nilai-nilai positif banyak disampaikan oleh para tokoh dalam film ini, termasuk tiga preman insyaf yang salah satunya diperankan aktor senior, Epy Kusnandar. Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Kharis Al Masyhari, film tersebut cocok disantap generasi muda lantaran nilai edukasi di dalamnya.
“Film ini memiliki nilai edukasi yang baik. Kisahnya banyak dijumpai di masyarakat kita. Ada masalah, ada pula solusinya, layak untuk dinikmati semua umur. Di samping itu, penampilan dakwah agama dengan cara berbeda membuat yang menonton jadi enggak bosan,” kata dia, saat dijumpai wartawan seusai nonton bareng film KMGP di Cinema 21, Solo Grand Mall, Minggu (24/1/2016) sore.
Abdul Kharis yang juga Ketua Panitia Kerja Perfilman DPR Ri itu juga menyebut KMGP mengajak penontonnya untuk mendalami Islam, tanpa melulu menyampaikan ayat Alquran. Menurutnya metode dakwah tersebut lebih mudah diterima anak muda.
“Saat ini film Indonesia sedang bagus-bagusnya. Ada baiknya, produsen film tak hanya menghasilkan film yang bisa mendongkrak laba, tapi juga memikirkan nilai edukasi,” tukasnya.
Di film ini, penonton juga disuguhi istilah-istilah Islam yang sebenarnya tak lagi asing, namun tidak dipahami oleh Gita. Adegan tanya jawab itu sempat membuat seluruh isi bioskop tergelak. Dialog antara Gagah dan tiga preman insyaf juga tak kalah membuat penonton tertawa. Adegan lain seperti, Yudi berdakwah di dalam bus juga dinilai sebagai metode unik untuk menyampaikan keindahan Islam.
Salah seorang peserta nonton bareng, Maulida Nafita, 20, menilai alur cerita KMGP ringan dan mudah dicerna. Hamas yang sebelumnya bermain di film bergenre serupa, Tausiyah Cinta,disebut berperan lebih apik di KMGP. Hal yang sama disampaikan penonton lain, Nikmah Mufida, 21. Menurutnya, KMGP layak menjadi film pendidikan religi lantaran menyampaikan nilai-nilai keagamaan tanpa terkesan menggurui.
(Sumber : solopos.com)