SEMARANG - Setiap orang tentu mendambakan kesuksesan saat berjuang dengan kerasnya kehidupan di tanah perantauan. Hal itu pula yang mengilhami dua bersaudara asal Kecamatan Kebonagung, masing – masing Muhammad Haris (48) dan adiknya, Hamid Noor Yasin (45) untuk menggapai kesuksesan saat memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya di Pacitan dan merantau di Jawa Tengah.
Kini, dua bersaudara itu, Haris dan Hamid, sama – sama mengemban amanah sebagai pemimpin dan wakil rakyat. Uniknya, mereka berdua tidak menjadi pemimpin dan wakil rakyat di tanah kelahirannya di Pacitan. Akan tetapi, Haris dan Hamid menjadi pemimpin justru di tanah rantau, Haris tercatat sebagai wakil Walikota Salatiga, sedangkan Hamid adalah wakil ketua DPRD Kabupaten Wonogiri. Dalam pemilu legislatif April lalu, Hamid bahkan terpilih menjadi anggota DPR RI untuk periode 2014 – 2019 mendatang, mewakili daerah pemilihan Wonogiri, Sragen dan Karanganyar.
Terdidik Menjadi Pemimpin Sejak Kecil
Sebenarnya, apa kunci kedua bersaudara tersebut, hingga akhirnya mampu dipercaya oleh masyarakat ditempat mereka berdua merantau menjadi pemimpin? Seperti penuturan Ririn dan Subi Munir, yang merupakan teman dan murid Hamid dan Haris semasa di Pacitan, kedua tokoh yang kini menduduki jabatan penting di tanah rantau itu memang terdidik menjadi pemimpin semenjak masih kecil, dan hal itu dipengaruhi faktor keluarga yang memang concern untuk mendidik anak – anaknya.
“Pak Hamid dan Pak Haris adalah putra dari seorang mantan pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Nurhadi Widodo, dan memang Mbah Widodo yang merupakan kiyai yang paham Agama ini menanamkan nilai Agama, kemandirian dan mentalitas sejak mereka berdua masih muda,” kata Ririn yang merupakan teman dari Hamid, dilansir dari Portal Pacitanku.
Menurut Ririn, Nurhadi yang memang memiliki bekal keagamaan yang cukup, mendidik putra – putrinya agar menjadi orang yang mengedepankan kejujuran, kepedulian dan bekal kepemimpinan yang cukup. “Selain dua orang tersebut, keturunan Mbah Widodo lainnya memang sukses, yang kemudian dikenal dengan istilah Banu Widodo Nglaos, terdiri dari enam orang, dan lima diantaranya menjadi tokoh, yang diantaranya adalah Pak Haris dan Pak Hamid,” paparnya.
Dimata Ririn, peran ayah, yang dalam hal ini adalah Mbah Widodo sangat signifikan mendidik putra – putrinya menjadi orang yang sukses dan menjadi pemimpin, bermanfaat bagi masyarakat dimana ia tinggal.
Selain faktor orang tua, kemampuan leadership Haris dan Hamid semakin terasah saat mereka berdua berada dikampus dan menjadi politisi. Tercatat, Haris pernah menjadi perintis Jamaah Shalahudin di Universitas Gadjah Mada (UGM), kemudian pernah juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Jawa Tengah. Sedangkan Hamid juga tercatat sebagai pendiri Partai Keadilan Kabupaten Wonogiri dan juga pernah menjadi penasehat Paguyuban Seniman Jalanan Wonogiri.
Pribadi yang Sederhana dan Disiplin
Salah satu sahabat karib kedua bersaudara itu, Subi Munir menuturkan bahwa kedua kakak beradik yang merupakan anak kedua dan ketiga Mbah Widodo itu memiliki dua sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
“Kenangan saya bersama Pak Haris adalah saat beliau menjadi guru ngaji saya, beliau dari UGM ke Pacitan dengan mengendarai sepeda motor sederhana dengan waktu kurang lebih 3-4 jam hanya untuk mengisi pengajian, yang salah satu muridnya adalah saya. Dari situ saya mulai memahami bahwa sosok Pak Haris adalah sosok yang disiplin,” terang Subi.
Sementara itu, sosok Hamid dimata Subi, merupakan sosok yang ulet, sederhana dan pekerja keras. Berkat keuletan dan kesederhanaan Hamid, kata Subi, ini menjadi kunci seorang Hamid dipercaya mengemban amanah sebagai wakil rakyat di tanah rantau Wonogiri.
“Saya kenal Pak Hamid itu saat beliau dengan semangat yang tinggi menjadi penjual keliling buku buku kitab dan alat kebutuhan rumah tangga, waktu itu hanya dengan mobil bak terbuka, berkeliling dengan tempat transit di alun – alun Pacitan, selain itu beliau juga pernah menjadi koki di rumah sendiri, seperti mengulek sambal dan sebagainya,” tuturnya.
Menurut Subi, sosok Pak Hamid yang sekarang adalah buah dari kerja kerasnya yang dulu dilakukan. “Tak ada rasa gengsi dari sosok Pak Hamid, sampai kemudian beliau pindah ke Wonogiri dan menjadi orang sukses disana,” pungkas Subi.
Kini kedua orang tersebut menjadi pemimpin dan wakil rakyat di tanah rantau. Selain presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mereka berdua adalah contoh dari kesuksesan putra Pacitan yang menjadi pemimpin di tanah rantau, dan selayaknya menjadi inspirasi bagi warga Pacitan untuk terus menunjukkan kapasitasnya sebagai putra daerah yang membawa kebermanfaatan bagi ummat.
Sumber: pksjateng.or.id