Banjir, sebuah musibah yang mungkin sangat dihindari oleh banyak orang
di Indonesia ini, seakan sudah menjadi musibah musiman bagi sebagian
kota – kota besar di Indonesia. Setiap musim hujan tiba, maka bersamaan
dengan itu banjir pun datang, tentunya dengan intensitas masing –
masing. Dan di awal tahun 2013 ini, publik kembali di ramaikan kembali
dengan berita banjir besar yang melanda berbagai kota – kota besar di
tanah air, seperti Semarang dan Jakarta. Bahkan, bisa di bilang banjir
untuk edisi kali ini bagi Jakarta menjadi yang terparah dibanding yang
sebelumnya. Beberapa data dari media menyebutkan bahwa Banjir di Jakarta
ini merupakan yang terparah, sampai – sampai Bundaran HI terlihat
seperti kolam susu coklat raksasa, atau kompleks Istana Negara yang
kebanjiran, sehingga hal tersebut membuat Pak presiden sampai menunda
pertemuannya dengan Tamu dari Argentina.
Well, membincangkan tentang Banjir di Jakarta, memang menjadi satu hal
yang bisa dibilang hukum sebab akibat. Banyak faktor tentunya yang
menyebabkan banjir di Jakarta ini terkesan sebagai sebuah peristiwa yang
pasti terjadi dimasa tertentu dan tidak pernah mendapatkan sebuah
penanganan brilian. Bahkan kata yang paling ekstrim untuk menggambarkan
banjir di Jakarta adalah sebuah kiamat kecil yang terus terjadi
berulang – ulang di Ibukota Negara ini.
Banyak hal yang sudah di upayakan untuk menangani kasus banjir yang
terjadi ini, akan tetapi sepertinya usaha – usaha tersebut jauh panggang
dari api, sangat sulit, sehingga tiap ada kampanye pemilihan Gubernur
DKI, permasalahan yang di pertanyakan kepada calon Gubernur adalah,
bagaimana cara menangani masalah banjir Jakarta.
Saya sih sangat menggantungkan harapan kepada Pak Jokowi dan Basuki,
yang menjadi pilihan masyarakat Jakarta mengemban amanah Gubernur, mampu
menyelesaikan permasalahan pelik satu ini, Banjir Jakarta. Kalaupun
belum terlihat pekan – pekan ini, minimal di tahun 2013 ini, Jokowi dan
Basuki benar – benar berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan banjir
ini sampai ke akar – akarnya, agar masyarakat yang mempercayai beliau
berdua benar – benar tidak salah memilih pemimpin.
Namun sebenarnya saya tidak akan menguraikan lebih banyak tentang
strategi penanganan Banjir Jakarta, atau tentang kronologi terjadinya
banjir di Ibukota Indonesia ini, saya hanya ingin menyalurkan satu
pendapat, yang diambil dari sebuah sintesa yang mendalam tentang satu
kelompok yang disaat orang – orang berdebat soal banjir, atau masyarakat
media lebih banyak berdiskusi sampai berbusa tentang menangani banjir,
kelompok ini lebih dahulu melakukan langkah cepat tanggap membantu
mengatasi masalah banjir. Meskipun dengan kesederhanaan dan keterbatasan
yang di miliki, kelompok kecil yang tahun 2009 lalu hanya mendapatkan
sekitar 8 % dukungan dari masyarakat Indonesia ini selalu konsisten dan
terdepan dalam hal kepedulian kepada masyarakat, terkhusus menangani
Banjir.
Kelompok ini kalau saya boleh bilang adalah Partai keadilan Sejahtera
(PKS). Ya, Partai yang boleh di bilang paling banyak di bully oleh
banyak kalangan, entah itu media massa, entah itu para politikus, mulai
dari isu wahabi, isu tidak mau tahlilan, isu dunia internasional, yang
disaat Palestina di serang, banyak Kalangan justru mencibir kenapa PKS
lebih mementingkan dunia internasional, dan terpaan isu lainnya, kini
justru menjadi kelompok terdepan yang membantu mengatasi satu
permasalahan besar Ibukota Negara, masalah banjir.
Tidak peduli dalam Pemilu 2009 lalu PKS di Jakarta kalah, atau dalam Pilgub lalu Jagoan PKS juga kalah, tetap tak menyurutkan kontribusi PKS mengatasi masalah Banjir. Jadi kalo bisa diibaratkan, mungkin semboyan PKS adalah, ada atau tidak adanya Pilgub, ada atau tidak adanya Pemilu, PKS akan selalu terdepat membantu rakyat. Bukankah ini menjadi satu ekspresi rasa nasionalisme yang sangat tinggi bagi sebuah Partai politik?
Coba, kalau teman – teman tidak percaya, lihat saja di berbagai situs
pemberitaan PKS, seperti PKS Jakarta, PKS Jawa Tengah, atau yang
lainnya, seperti web metrotvnews, banyak hal yang menguatkan bahwa PKS
adalah Partai yang paling peduli terhadap masalah kerakyatan, salah
satunya adalah banjir. Hal – hal kecil yang mungkin diluar nalar para
pengamat politik, para pelaku politik, bahkan para pejabat public
adalah, disaat mereka masih sibuk berdiskusi dan berdebat soal
penanganan banjir, kader – kader PKS yang notabene masih muda – muda ini
masuk ke gang – gang sempit, menyalurkan bantuan berupa nasi bungkus
kepada warga yang terkena korban banjir. Atau para ibu – ibunya, dengan
peralatan yang sederhana, membuat dapur darurat untuk memasak ala
kadarnya untuk para korban banjir.
Yang lebih mengharukan lagi adalah kisah saat banjir di Semarang, belum
lama ini, dimana ketika para kader PKS sebenarnya sudah sangat ingin
membantu korban banjir dari segi logistik, namun apa daya kas Partainya
tinggal sedikit dan tidak memungkinkan bagi mereka untuk menggunakan
uang tersebut. Akhirnya merekapun melakukan saweran, patungan sebisanya
untuk membelikan nasi bungkus, mie instan, dan makanan cepat saji
lainnya, agar bisa berkontribusi membantu warga korban banjir yang
membutuhkan pertolongan logistik.
Cerita di dua paragraf terakhir inilah yang mungkin sesuai dengan apa
yang dimaksud oleh Dahlan Iskan, salah satu figur nasional kita, bahwa
sudah banyak orang dan lembaga yang pinter ngomong di Indonesia,
sehingga yang kita butuhkan sekarang adalah kerja dan kerja untuk
Indonesia. Nah, oleh karena itu, PKS bisa dikategorikan lembaga yang
demikian, selalu bekerja untuk Indonesia, sesuai jargon Partai ini.
PKS dalam sisi ini sudah mengaplikasikan konsep demokrasi yang
sebenanrnya di negeri ini, yakni dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Di saat yang lainnya masih ngomong soal demokrasi dan
nasionalisme hanya sebatas retorika bibir belaka, PKS telah selangkah
lebih maju dalam menginternalisasikan konsep demokrasi dan nasionalisme
untuk Indonesia. Demokrasi bagi PKS selain mengikuti secara struktural
proses demokrasi formal dengan ikut Pemilu, berpartai politik, juga
sekaligus secara kultural mengaplikasikan konsep demokrasi itu secara
langsung dengan peduli dengan masyarakat. Coba perhatikan, selain mereka
selalu konsisten membantu bencana di Indonesia, dari Banjir, Tsunami,
gempa bumi, Gunung merapi, lihat saja tiap ada event tertentu, PKS ini
selalu mengadapak kegiatan Pasar Murah, bazaar, atau sejenisnya.
Saya menyebut PKS ini adalah Partai yang unik, bukan hanya sekedar
Partai, melainkan sebuah gerakan kultural yang mencoba mendudukkan makna
demokrasi dan nasionalisme di Indonesia itu pada tempat yang
sesungguhnya. Saya berharap sampai kapanpun, PKS tetap peduli kepada
masyarakat.[]
Oleh: Dwi Purnawan Al-Munir, penulis buku Pacitan The Heaven Of Indonesia
Sumber: pkspiyungan.org