Jakarta (22/5) - Posisi Joko Widodo yang
menempati peringkat tertinggi dalam jejak pendapat oleh lembaga survei
dinilai belum aman menuju Pemilihan Presiden 2019. Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Nasir Djamil mengatakan bahwa beberapa faktor dapat mengubah peta
dukungan yang berdasarkan hasil-hasil survei sejauh ini masih dimenangi
oleh Jokowi.
"Tingkat kemantapan pemilihan calon
Presiden masih fifty-fifty, artinya orang yang masih mungkin berubah
atau orang yang tidak mau menjawab sama jumlahnya dengan orang yang
mantap," papar Nasir dalam acara Rilis Survei Nasional: Konstelasi
Elektoral Pilpres & Pileg 2019 Pasca Deklarasi Prabowo Subianto di
Jakarta, Senin (21/5/2018).
Adapun, berdasarkan hasil survei Charta
Politika, pemilih yang sudah mantap memilih Jokowi sebagai calon
Presiden berjumlah 56,7%. Sementara, 30,9% dinyatakan masih belum
mantap. Di sisi lain, calon kandidat dari Partai
Gerindra, Prabowo Subianto, memiliki pemilih yang mantap akan mendukung
sebanyak 48,5%. Namun, jumlah pemilih yang dinyatakan tidak mantap
memilih Prabowo jumlahnya juga tidak sedikit, yakni 43,2%.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Charta
Politika Yunarto Wijaya mengatakan terdapat tendensi kenaikan
elektabilitas Prabowo Subianto setelah Ketua Umum Partai Gerindra
tersebut menyampaikan deklarasi.
"Ada tendensi kenaikan dari Prabowo Subianto dari hasil deklarasi," ujarnya
Selain mencermati peluang bakal calon
Presiden ada Pemilu 2019, Nasir Djamil juga memberi penilaian terhadap
proses demokrasi yang berlangsung menjelang Pemilu 2019 berdasarkan
hasil survei Charta Politika.
"Dari hasil survei ini, ada kesuraman
demokrasi di Indonesia. Coba bayangkan, ketidaktahuan masyarakat
terhadap Pemilihan Presiden 2019 masih besar, 41,5%," ujar Nasir.